Kisah Ibrahim bin Adham dan Seorang Kaya namun Pengemis, Mana yang Kaya?

- 30 Mei 2022, 14:10 WIB
Ibrahim bin Adham
Ibrahim bin Adham /wikipedia/Cynthia Hazen Polsky/

BERITA BANTUL - Ibrahim bin Adham adalah seorang sufi yang berasal dari Balkh. Wilayah tersebut kini masuk Afghanistan.

Kemasyhuran Ibrahim bin Adham telah sampai ke mana-mana pada masanya. Kesalehan dan kezuhudannya sangat mengagumkan.

Dia terkenal sebagai seorang sufi miskin yang menjalani hidup dalam keprihatinan yang sempurna. Meski demikian, dia rajin bekerja bahkan membanting tulang dari pagi sampai malam.

Baca Juga: Agar Hati senantiasa Saleh, Ini 4 Resep ala Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Ada kisah menarik dari orang saleh yang satu ini.

Dikutip dari buku berjudul Tadzkiratul Auliya (Zaman, 2018) karya Fariduddin Attar, dikisahkan Ibrahim bin Adham dan seseorang yang kaya.

Suatu hari, seseorang yang kaya itu memberi Ibrahim uang seribu dinar.

“Ambillah!” kata orang itu.

“Aku tidak menerima pemberian dari pengemis,” tegas Ibrahim.

“Akan tetapi, aku ini orang kaya,” ujar orang tersebut.

Baca Juga: Kisah Sufyan Al-Tsauri dan Seekor Burung yang Diselamatkannya, Kasih Sayang sesama Makhluk Allah

“Apakah engkau menginginkan lebih dari yang sudah engkau miliki?” tanya Ibrahim.

“Tentu saja,” jawab orang itu.

Ibrahim pun berkata, “Ambillah kembali uang ini! Engkau adalah pemimpin para pengemis. Sebenarnya, ini bukan masalah meminta-minta melainkan sekadar kepapaan dan kemelaratan yang amat sangat.”

Percakapan antara Ibrahim dan orang kaya tersebut mengandung pelajarang penting. Orang kaya itu dianggapnya pengemis oleh Ibrahim. Hal itu karena orang tersebut masih menginginkan hal yang lebih besar dari hartanya yang sudah dimiliki.

Baca Juga: Nasihat Sufistik Leadership oleh Syaqiq Al-Balkhi kepada Harun Al-Rasyid

Itu berarti bahwa orang kaya tersebut masih membutuhkan. Sementara itu, Ibrahim yang seorang sufi itu tidak lagi membutuhkan apa-apa.

Dengan begitu, orang yang membutuhkan itu adalah fakir sementara orang yang sudah tidak butuh apa-apa itu bukan fakir. Ini adalah logika tasawuf.

Pantas saja Ibrahim menganggap orang kaya tersebut sebagai pengemis karena ia masih meminta-minta, mengemis kekayaan, dan justru menjadi fakir karena hal itu.***

Editor: Joko W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah