BERITA BANTUL - Kisah ini disebutkan dalam salah satu syarah al hikam, kitab ini merupakan rujukan banyak ulama Tasawuf terutama mereka yang berthariqah syaziliyyah.
Pengarang Al hikam adalah Syeikh Ibn ‘Atha’illah as-Sakandari. Ia lahir di kota Alexandria (Iskandariyah), lalu pindah ke Kairo.
Julukan Al-Iskandari atau As-Sakandari merujuk kota kelahirannya itu. Di kota inilah ia menghabiskan hidupnya dengan mengajar fikih mazhab Imam Maliki di berbagai lembaga intelektual, antara lain Masjid Al-Azhar.
Baca Juga: Gus Baha Ungkap Kewalian Syekh Siti Jenar, Ternyata Ini Rahasianya
Di waktu yang sama dia juga dikenal luas dibidang tasawuf sebagai seorang “master” (syeikh) besar ketiga di lingkungan tarekat sufi Syadziliyah ini.
Sejak kecil, Ibnu Atha’illah dikenal gemar belajar. Ia menimba ilmu dari beberapa syekh secara bertahap.
Gurunya yang paling dekat adalah Abu Al-Abbas Ahmad ibnu Ali Al-Anshari Al-Mursi, murid dari Abu Al-Hasan Al-Syadzili, pendiri tarikat Al-Syadzili.
Baca Juga: Kalau Ada Orang Sholih Wafat, Gus Baha: Bumi Menangis dan Langit Tersenyum
Dalam bidang fiqih ia menganut dan menguasai Mazhab Maliki, sedangkan di bidang tasawuf ia termasuk pengikut sekaligus tokoh tarikat Al-Syadzili.