Memakai Mukena Warna Warni, Berikut Hukumnya, Ternyata Begini Keterangannya

- 4 Juni 2022, 14:00 WIB
Memakai Mukena Warna Warni, Berikut Hukumnya, Ternyata Begini Keterangannya
Memakai Mukena Warna Warni, Berikut Hukumnya, Ternyata Begini Keterangannya /

BERITA BANTUL - Mukena adalah pakaian yang digunakan oleh perempuan saat menjalankan ibadah shalat.

Namun dalam perkembangannya mukena yang dipakai oleh perempuan menjadi bermacam-macam model dan warna.

Banyak masyarakat yang menanyakan hukum mukena tersebut. Sebagaimana dikutip Beritabantul.com dari Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB, berikut penjelasannya.

Baca Juga: Amalan Penting untuk Ibu Hamil, Baca Surah-Surah Ini dan Rasakan Manfaatnya

Pakaian syuhroh adalah pakaian yang menarik perhatian, baik karena sangat bagusnya ataupun sangat jeleknya.

Pakaian syuhroh itu juga bisa berupa pakaian yang memperlihatkan keburukan yang bisa membuat terkenal.

Atau pakaian yang untuk sombong, gumede, atau pakaian agar orang yang pura-pura zuhud terkenal akan kezuhudannya, Atau pakaian agar terkenal kesayyidannya.

Baca Juga: Kisah Malik bin Dinar dan Asal-Usul Gelarnya, Kekuasaan Allah yang Tampak pada Kekasih-Nya

Atau pakaian agar terlihat sebagai Ulama Fuqoha padahal dia orang bodoh. Hukum memakai pakaian syuhroh adalah makruh, bukan haram.

Jadi jika motif pakaian itu umum di pasaran maka bukan termasuk pakaian syuhroh, pakaian syuhroh itu pakaian yang sekiranya orang-orang terkagum-kagum dan menunjuk-nunjuk yang tidak dipakai oleh masyarakat umumnya.

Kalau mukena mungkin mukena yang bukan seperti biasa dipakai oleh warga indonesia, sehingga orang yang melihatnya kagum dan menunjuk-nunjuk dan ujungnya menggunjing karena pakaiannya.

Baca Juga: Bait-Bait Syair Imam Al-Syafi’i untuk Motivasi Kehidupan, Indah, Memesona, Menyentuh, dan Bikin Terenyuh

Al-Imam Ibnu Baththal (wafat tahun 404 H) dari kalangan ulama Malikiyah. Beliau berkata:

فالذى ينبغى للرجل أن يتزى فى كل زمان بزى أهله مالم يكن إثمًا لأن مخالفة الناس فى زيهم ضرب من الشهرة

“Maka yang seharusnya bagi seseorang adalah berpakaian di setiap jaman sesuai dengan pakaian penduduk jamannya, selagi bukan dosa, karena menyelisihi manusia dalam pakaian mereka termasuk bagian dari ‘kemasyhuran’.” (Syarh Shahihil Bukhari li Ibni Baththal: 9/123).

Baca Juga: 9 Kata Mutiara KH Maimoen Zubair tentang Al-Qur'an, Bacanya Seperti Dapat Cahaya dari Langit

Demikian pula menurut al-Imam ath-Thabari dari kalangan ulama Syafi’iyah. Beliau menyatakan:

فإن مراعاة زى الزمان من المروءة ما لم يكن إثما وفي مخالفة الزي ضرب من الشهرة

“Sesungguhnya menjaga diri untuk berpakaian yang sesuai dengan penduduk jamannya adalah termasuk sikap muru’ah, selagi bukan perbuatan dosa. Dan di dalam menyelisihi pakaian mereka terdapat semacam ‘kemasyhuran’.” (Fathul Bari: 10/306).

Baca Juga: 7 Kata Mutiara KH Maimoen Zubair yang Menyentuh Hati, Cocok Dibagikan di Media Sosial

Jadi SYUHROH itu lebih kepada Fashion yang tidak umum dipakai di suatu negeri. Tren berbusana yang lain daripada yang lain, sebagaimana dalam keterangan dibawah :

ثوب الشهرة ليس له كيفية معينة أو صفة معينة وإنما يراد بثوب الشهرة ما يشتهر به الإنسان أو يشار إليه بسببه فيكون متحدث الناس في المجالس فلان لبس كذا فلان لبس كذا وبناء على ذلك قد يكون الثوب الواحد شهرة في حق إنسان وليس شهرة في حق الآخر فلباس الشهرة إذن هو ما يكون خارجا عن عادات الناس بحيث يشتهر لابسه وتلوكه الألسن وإنما جاء النهي عن لباس الشهرة لئلا يكون ذلك سببا لغيبة الإنسان وإثم الناس بغيبته

Baca Juga: Bolehkah Mendistribusikan Daging Kurban Dalam Bentuk Olahan? Berikut Penjelasan Lengkap Dari MUI

“Baju kemasyhuran tidak mempunyai tata cara tertentu atau sifat tertentu. Yang dimaksud dengan baju kemasyhuran hanyalah pakaian yang menjadikan seseorang terkenal dan mendapatkan isyarat karena pakaian tersebut. Sehingga ia menjadi bahan pembicaraan manusia di majelis-majelis. Fulan memakai baju demikian. Fulan memakai baju demikian. Atas dasar ini, maka suatu pakaian bisa menjadi baju kemasyhuran pada seorang manusia dan tidak menjadi baju kemasyhuran pada orang lain. Maka kalau begitu, pakaian kemasyhuran adalah pakaian yang keluar dari kebiasaan manusia sehingga pemakainya menjadi terkenal dan menjadi buah bibir. Larangan pakaian kemasyhuran hanyalah datang agar ia tidak menjadi bahan ‘ghibah’ orang lain dan juga agar manusia tidak jatuh dalam dosa perbuatan ghibah karenanya.” (Fatawa Nur alad Darb, Ahkam Libasil Mar’ah: 23). Wallohu a'lam. ***

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan

Sumber: Pustaka Ilmu Sunni Salafiyah - KTB


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah