“Usai sholat Jumat sebelum pisah, Syekh Hassan langsung dawuh “Sallim lis syaikh Abdil Hamid, wa qul ana fintidzorih ‘amal muqbil” (Sampaikan salam saya kepada Kiai Hamid, saya tunggu beliau di rumah saya tahun depan).
“Terus Yai?” saya bertanya penasaran.
“Selesai pulang haji, ya sekitar beberapa hari, aku langsung sowan Kiai Hamid nyang Pasuruan. Lha ndilalah pas sampai di depan ndalem beliau, Kiai Hamid seperti sudah nunggu aku dan langsung manggil aku."
Usai salaman sungkem, Kiai Hamid langsung mbisiki di kupingku.
“Nak Masyhudi, jangan diceritakan kepada siapa saja ya kalau telah bertemu Syekh Hassan. Salam sudah saya terima, alaika wa alaihis salam. Saestu (beneran) ya, jangan sampai diceritakan kepada siapa saja.”
Kiai Masyhudi pun langsung tertawa saat bercerita itu, sedangkan saya makin ndomblong mendengar cerita beliau.
“Ya Allaaah, yo seperti itulah para waliyullah tenanan. Aku belum crita kok yo Kiai Hamid sudah tahu duluan,” sahut Kiai Masyhudi mengomentari cerita beliau.
Baca Juga: KH Aniq Muhammadun Pakis, Ulama Ahli Ilmu Nahwu dan Ilmu Fiqih yang Jadi Menantu Kiai Zubair Sarang
Saya yang ndomblong pun hanya bisa berkata:
“Lha apa Kiai Hamid memang pernah datang ke Baghdad, Yai?” tanya saya kepada beliau.