Media Beijing Sebut Amerika Sumber Kekacauan dan Perpecahan Dunia, 6 Bukti Jadi Saksi Nyata

11 April 2022, 18:26 WIB
Media Beijing Sebut Amerika Sumber Kekacauan dan Perpecahan Dunia /pixabay/

BERITA BANTUL - Krisis Ukraina yang akut saat ini tak bisa dilepaskan dari ulah strategi Amerika Serikat untuk selalu dominasi dunia. 

Kekacauan dan perpecahan diskenario Amerika, sehingga predikat sebagai negara super power tetap lestari, tak ada yang menyaingi. 

Ini salah satu laporan editorial media berpengaruh dunia di Beijing, Global Times. 

Baca Juga: Babak Belur Dipukul Massa, Detik-detik Ade Armando dalam Aksi Demo di Depan Gedung DPR

"AS membanggakan diri sebagai "kota di atas bukit" dan "mercusuar demokrasi." Namun, sejarah AS penuh dengan perang dan pembunuhan," tulisnya, 10 April 2022. 

Dalam catatan edirotial Global Times, ambisi AS untuk dominasi dunia dilakukan, salah satunya dengan membuat kekacauan dan perpecahan di dunia. 

Dengan begitu, Amerika akan tampil sebagai 'polisi dunia' yang sepertinya berjasa bagi perdamaian dunia. 

Baca Juga: Kisah Anak Ajaib dari Banyuwangi, Nadhif Hafal Qur'an 30 Juz Beserta Nomor Ayatnya

Global Times mencatat beberapa bukti.

Pertama, selama lebih dari 240 tahun sejarahnya, hanya ada 16 tahun ketika AS tidak berperang.

Setelah berakhirnya Perang Dunia II, AS menjadi negara paling kuat di dunia, namun perang menjadi alat penting bagi AS untuk mempertahankan hegemoninya sendiri.

Data menunjukkan bahwa dari akhir Perang Dunia II hingga 2001, AS memprakarsai 201 dari 248 konflik bersenjata di seluruh dunia di 153 lokasi, terhitung lebih dari 80 persen dari total konflik.

Baca Juga: NATO Kirim Rudal Mematikan, Tembus Pertahanan Angkatan Laut dan Pelabuhan Rusia di Laut Hitam

Kedua, terjadinya Perang Korea (1950-1953).

Saat perang Kore ini, Global Times melaporkan adanya kematian lebih dari 3 juta warga sipil dan menciptakan sekitar 3 juta pengungsi, dan hampir semua kota besar di Semenanjung Korea dibiarkan hancur.

Namun, AS ternyata tidak memiliki refleksi diri setelah Perang Korea. Segera setelah berakhirnya Perang Korea, AS melakukan intervensi di Vietnam pada 1950-an dengan dalih mencegah perluasan Komunisme di Asia Tenggara. 

Ketiga, selama Perang Vietnam, kebrutalan tentara AS menjadikan perang tersebut sebagai perang terlama dan paling brutal sejak Perang Dunia II.

Baca Juga: NATO Panik, Rusia Siapkan 'Serangan Besar' di Ukraina Timur

Pemerintah Vietnam memperkirakan bahwa sebanyak 2 juta warga sipil tewas dalam perang, banyak di antaranya dibantai oleh pasukan AS atas nama memerangi komunis Viet Cong.

Keempat, pada bulan Maret 1999, di bawah bendera "menghindari bencana kemanusiaan," pasukan NATO yang dipimpin oleh AS secara terbuka melewati Dewan Keamanan PBB dan melakukan pemboman Yugoslavia selama 78 hari, menyebabkan kematian banyak warga sipil tak berdosa.

Kelima, setelah serangan 11 September 2001, AS pertama kali menginvasi Afghanistan atas nama memerangi Al Qaeda dan Taliban dan kemudian melancarkan perang di Irak dengan tuduhan palsu.

Keenam, selama bertahun-tahun, AS menghasut "Musim Semi Arab," memicu perang saudara di Libya dan Suriah.

Baca Juga: TRAGIS Dikabarkan Bunuh Rakyat Sendiri, Ukraina Main Mata Fitnah Rusia Lakukan Kejahatan Perang

Sejak 2001, perang dan operasi militer oleh AS telah merenggut lebih dari 800.000 nyawa dan membuat puluhan juta orang mengungsi.

"Kami meningkatkan status musuh kami agar sesuai dengan kebutuhan kami akan pembalasan. Kami meluncurkan perang hubristik untuk membuat ulang dunia dan membiarkan diri kami dibuat ulang sebagai gantinya," kolumnis New York Times Michelle Goldberg menulis pada September 2021, menjelang peringatan 20 tahun serangan 9/11.

"Kami mengasuh teroris yang lebih buruk daripada mereka yang ingin kami lawan," tulisnya, dikutip BeritaBantul.com dari globaltimes.cn, 11 April 2022. 

Editor: Muhammadun

Sumber: globaltimes.cn

Tags

Terkini

Terpopuler