“Tetapi retorika NATO tentang bagaimana ia membingkai China adalah hampa dan kikuk,” kata Chen.
Menyusul pecahnya konflik di Eropa Timur, NATO buru-buru bergabung dengan Washington dalam upaya untuk menghalangi penyelesaian politik, mengobarkan api dan memperbesar konflik regional.
Itu dilakukan dengan memberi Ukraina uang dan senjata dan memukul Rusia dengan sanksi besar-besaran dan tanpa pandang bulu. Upaya seperti itu "tidak dapat membawa perdamaian atau keamanan", kata Chen.
Sebaliknya, China, dengan sikap objektif dan adil, telah bekerja secara aktif untuk mewujudkan penghentian permusuhan sesegera mungkin, mencegah krisis kemanusiaan dan memulihkan stabilitas.
Baca Juga: Militer Beijing Siaga Kuasai Natuna, Mampukah Monster Laut Indonesia Melawan China?
China menganut kebijakan luar negeri perdamaian yang independen dan mencapai kesimpulannya sendiri tentang manfaat suatu masalah.
"Namun ironisnya, saat menuduh China melakukan "kebijakan koersif", NATO sibuk menekan negara-negara lain untuk memihak dalam konflik," pungkasnya.***