Bukan Saja Tampil Go Green, Masjid Juga Diharapkan Ramah untuk Semua Kalangan Kata Gus Hilmy

18 Desember 2022, 10:19 WIB
Gus Hilmy sampaikan evaluasi terkait pengelolaan masjid di acara MUI DIY, 17 Desember 2022 /beritabantul/

YOGYAKARTA - Bukan Saja Tampil Go Green, Masjid Juga Diharapkan Ramah untuk Semua Kalangan Kata Gus Hilmy.

KH Dr Hilmy Muhammad mengharapkan masjid mampu hadir nyaman dengan konsep go greend sebagaimana masjid-masjid Kagungan Dalem Keraton Ngayogyakarta.

Bukan hanya itu, masjid juga mampu hadir ramah untuk semua kalangan, seperti untuk anak, perempuan, orang tua, dan penyandang disabilitas.

Baca Juga: Selama Kamu Mengikuti Rasulullah, Maka Kamu Selamat dari Fitnah Kata Syekh Yusri Mesir

Penegasan tersebut disampaikan dalam acara seminar dan lokakarya dengan tema 'Memayu Hayuning Sasama dalam Menjaga Harmoni Umat Berbasis Masjid'.

Acara Komisi Ukhuwwah dan Kerukunan Majlis Ulama Indonesia MUI Daerah Istimewa Yogyakarta (MUI DIY) itu diselenggarakan di gedung DPD RI, Jl Kusumanegara No 133, Yogyakarta.

Menurut pria yang akrab disapa Gus Hilmy itu, perlu adanya beberapa evaluasi terkait pengelolaan masjid. Dalam hal ini, Kementerian Agama diminta untuk memberikan edukasi yang cukup.

“Thaharah harus menjadi fokus utama. Kita meminta Kementerian Agama tidak hanya fokus pada arah kiblat, tetapi juga diperhatikan kesucian dan kebersihan masjid," kata Gus Hilmy.

Baginya, masih ada masyarakat kita yang semangat membangun masjid, tetapi tidak memperhatikan tentang kesuciannya. Demikian juga masjid-masjid di rest area-rest area tol.

"Kita membutuhkan perhatian dan pengawasan Kementerian Agama dalam menjamin pelaksanaan ibadah,” kata anggota Komite I DPD RI tersebut.

Baca Juga: Ternyata Iblis Itu Makhluk yang Lemah Kata Gus Baha, Kamu Bisa Mengalahkannya dengan Cara Ini

Evaluasi lainnya, menurut pria yang juga Katib Syuriah PBNU itu, adalah terkait kenyamanan. Gus Hilmy mendorong agar bangunan masjid mempertimbangkan sirkulasi udara sehingga tidak mengandalkan AC.

Ia mengusulkan konsep go green, sebagaimana ditunjukkan oleh arsitek masa lalu ketika membuat Masjid Demak atau masjid-masjid Kagungan Dalem Keraton Ngayogyakarta, yang tetap adem meski tanpa AC. Semestinya arsitek modern bisa lebih canggih.

“Selanjutnya adalah kita membutuhkan masjid yang ramah. Ramah untuk anak, perempuan, orang tua, dan juga penyandang disabilitas," tegasnya.

Menurutnya, mereka dihitung sebagai jamaah tetapi sering tidak terpenuhi hak-haknya.

"Maka perlu dipertimbangkan untuk akses dan fasilitasnya, baik pintu masuk, tempat wudhu, kamar mandi, maupun lainnya,” ujar Gus Hilmy yang juga pengurus MUI Pusat tersebut.

Di sisi lain, kata Gus Hilmy, masjid yang juga merupakan tempat untuk dakwah dan pergerakan umat, semestinya dibuat nyaman dan terbuka untuk semua orang.

“Kalau masjid itu tempat mulia, rumahnya Allah, maka tidak ada yang boleh membuat larangan. Kalau alasannya untuk keamanan atau kebersihan, harus ada pintu masuk agar pelayanan jamaah tetap bisa 24 jam,” kata salah satu pengasuh Pondok Pesantren Krapyak tersebut.

Baca Juga: Saat Tertimpa Musibah atau Ujian, Lakukan Amalan Ini Agar Tidak Merasa Lemah Kata Gus Baha

Tak luput dari evaluasi Gus Hilmy terkait pengelolaan masjid adalah tentang pengumpulan dana dari jamaah. Jutaan dana terkumpul, tetapi dalam laporannya, kerap ditemukan hanya dimanfaatkan untuk kepentingan masjid.

“Dana yang terkumpul itu seharusnya tidak hanya untuk maintenance masjid, penggunaannya juga bisa digunakan untuk membantu jamaah. Di antaranya seperti membantu jamaah yang terkena musibah, pemberian santunan, pemberian beasiswa, dan lain sebagainya,” terang Gus Hilmy.

Pemberian beasiswa, menurut Gus HIlmy, bisa menjadi upaya untuk mengikat anak-anak muda dengan masjid. Mereka akan selalu teringat bahwa masjid di sekitarnya tidak hanya mengajari Qiraah, tetapi juga memberikan pengetahuan yang lebih luas.

Terkait tema harmoni umat, Gus Hilmy menyatakan bahwa menjaga kerukunan umat menjadi perintah yang telah disebutkan dalam al-Qur’an dan diperjelas kembali dalam beberapa hadits.

“Dalam al-Qur’an disebutkan, sesama mukmin adalah saudara. Di dalam hadits, diibaratkan sebagai bangunan yang saling menopang atau sebagai bagian dari anggota tubuh yang saling melengkapi. Dengan demikian, sesama muslim semestinya tidak saling menzalimi, menipu, mengecilkan yang lain, tidak memberikan stigma buruk pada yang lain. Hal ini merupakan sesuatu yang jauh dari ajaran kita,” kata anggota Komite I DPD RI tersebut.

Baca Juga: Nasihat Gus Baha Agar Kamu Taubat Tidak Melakukan Zina, Amalan Berupa Kalimat Langsung dari Nabi

Gus Hilmy, panggilannya akrabnya, merasa prihatin sebab membicarakan keburukan atau memberikan stigma buruk masih kerap terjadi. Tidak hanya terjadi dalam forum-forum, melainkan juga di media sosial, grup-grup media komunikasi.

Sebelumnya, Ketua Umum MUI DIY Prof Machasin menegaskan bahwa kerukunan umat harus terus-menerus dijaga.

Diibaratkan kecantikan yang tidak hanya sekali dipoles, melainkan harus terus-menerus dijaga agar kecantikan tetap awet. Oleh sebab itu, MUI DIY melalui Komisi Ukhuwah dan Kerukunan, menyelenggarakan seminar dan lokakarya dengan tema 'Memayu Hayuning Sasama dalam Menjaga Harmoni Umat Berbasis Masjid'.

“Kita di sini membicarakan tentang kerukunan, memayu hayuning sasama. Hayu itu tidak dilakukan dalam sekali waktu, melainkan dilaksanakan terus-menerus," tegas guru besar UIN Sunan Kalijaga itu.

Dijelaskan juga, Hayu itu keadaan yang menyenangkan, penuh bahagia, cantik, dan lain sebagainya. Yang cantik dijaga dengan cara terus-menerus mempercantik.

"Demikian pula dengan rukun, tidak bisa hanya sekali diusahakan, tetapi harus diupayakan terus-menerus, diawasi, dan dirawat,” kata Prof. Machasin.

Baca Juga: 3 Cara Penyerapan Hukum Islam dalam Hukum Negara Menurut Gus Hilmy

Hadir pula dalam kesempatan tersebut sebagai pembicara adalah Raden Riyo Dipo Harjoso mewakili Pengageng Kawedanan Ageng Pengulon Keraton Ngayogyakarta, KRT. Joyoningrat dan Kepala Biro Bina Mental Setda DIY Djarot Margiantoro S.T.P., M.Sc.

Masing-masing menyampaikan materi tentang Sejarah Peradaban Keraton dan Masjid Kagungan Dalem dalam Menjaga Harmoni Umat; dan Aktualisasi Makna Filosofis Kearifan Lokal Yogyakarta dalam Menjaga Harmoni Umat.

Keduanya menyinggung tentang peran Keraton Ngayogyakarta dan Pemerintah Daerah DIY dalam menjaga kerukunan di Yogyakarta melalui pengelolaan dan pemeliharaan masjid-masjid milik Keraton.***

Editor: Ahmad Syaefudin

Tags

Terkini

Terpopuler