Di luar komentar-komentar yang bernada kritik dan hujatan itu, Seniman Sujiwo Tejo menggambarkan keriuhan tersebut dengan dialog imajiner antara seorang kakek pengrajin wayang dengan pembeli.
Melalui akun Twitternya, @sudjiwotedjo, Presiden Djancukers itu mengisahkan ada seseorang yang ingin membeli wayang kepada seorang kakek pengrajin.
Setelah ditanya, ternyata pembeli itu membeli wayang bukan untuk disimpan, melainkan untuk media kekerasan. Mendengar jawaban itu, si kakek pengrajin itu tidak mau menjual wayangnya.
Berikut ini cuitan dialog yang dikutip dari akun @sudjiwotedjo tersebut.
“Tumben Sampeyan beli wayang?” kakek2 perajin wayang.
“Buat pajangan?”
“Bukan, Kek. Untuk nggebukin orang!”
Kakek mengembalikan duit calon pembelinya.
“Saya gak jd jual.”