Disebut Paling Setia dan Paling Adil, Imam Ali Juga Pemimpin yang Paling Banyak Menderita

21 Juli 2022, 09:37 WIB
Disebut Paling Setia dan Paling Adil, Imam Ali Juga Pemimpin yang Paling Banyak Menderita /facebook/udin/

BERITA BANTUL - Disebut paling setia dan paling adil, Imam Ali juga pemimpin yang paling banyak menderita.

Imam Ali bin Abi Thalib tumbuh dalam didikan Nabi Muhammad sejak usia 6 tahun. Karakter dan kepribadiannya dibentuk oleh Rasulullah.

Imam Ali bahkan akhirnya menjadi menantu Rasulullah. Bersama istri tercintanya Sayyidah Fatimah, Imam Ali membangun keluarga dalam kesederhanaan dan kemuliaan. 

Baca Juga: Rahasia Rasulullah Mendidik Karakter dan Kepribadian Imam Ali bin Abi Thalib

Rumah tangga Imam Ali dan Sayyidah Fatimah bukanlah keluarga dengan gemerlap harta benda, padahal mereka adalah keluarga Nabi dan pemimpin negara saat itu. 

Sayyidah Fatimah mengerjakan pekerjaan rumah tangga dengan tangannya sendiri, bahkan saat meminta diberi pembantu, malah dikasih dzikir oleh ayahnya, Baginda Nabi Muhammad SAW.

Kehidupan keluarga Imam Ali jauh dari keindahan duniawi, semua kebutuhan hidupnya terbatas, bahkan sangat terbatas. 

Walaupun secara lahir tampak menderita, tapi itulah contoh keluarga Nabi yang jadi cermin bagi umat manusia sepanjang masa. 

Yang mereka pegangi adalah nilai dan kebenaran, bukan gemerlap harta dunia. 

Baca Juga: Imam Ali Berjalan Kaki Telanjang Jarak 450 KM untuk Menyusul Hijrah Nabi Muhammad ke Madinah

Dengan nilai, akidah, dan prinsip kebenaran itu, keluarga Nabi menjadi contoh kehidupan umat Islam. Itulah kebahagiaan sejati yang mereka dapatkan baik di dunia dan akhirat nanti. 

Pendidikan ruhani diterima Imam Ali bin Abi Thalib langsung dari Rasulullah.

Dijelaskan, selama hampir empat tahun terkepung dalam Syi'ib, Imam Ali memperoleh kesempatan yang luar biasa besarnya untuk menerima pendidikan tauhid dan ilmu-ilmu Ilahiyah, langsung dari Rasulullah SAW.

Satu kesempatan yang tidak pernah didapat oleh orang mukmin manapun.

Dalam keadaan materiil serba kurang, Imam Ali yang masih remaja itu pikirannya terbuka seterang-terangnya guna menerima hidayah llahi, dan dengan tuntunan Rasulullah ia dapat mengenal hakekat kebenaran Allah 'Azza wa Jalla.

Baca Juga: Kronologi Singkat Perang Jamal, Imam Ali Tetap Menghormati Sayyidah Aisyah

Tentang kedinian Imam Ali beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, Nabi Muhammad sendiri pernah menegaskannya.

Penegasan itu disaksikan oleh para sahabat dekat dan terkemuka, yaitu Abu Bakar Ash Shiddiq r.a., Umar Ibnul Khattab r.a. dan Abu Ubaidah r.a.

Hal itu tercantum dalam Kitab "Kanzul Ummal", jilid VI, hlm. 393.

Riwayatnya berasal dari Ibnu Abbas. Umar Ibnul Khattab berkata: "....Aku, Abu Bakar dan Abu Ubaidah bersama beberapa orang sahabat Nabi lainnya pernah datang ke rumah Ummu Salmah.

Setiba disana aku melihat Ali bin Abi Thalib sedang berdiri di pintu.

Kami katakan kepadanya, bahwa kami hendak bertemu dengan Rasul Allah s.a.w.

Ia menjawab, sebentar lagi beliau akan keluar. Waktu beliau keluar, kami segera berdiri.

Baca Juga: Gugur di Karbala, Kepala Sayyidina Husein Cucu Rasulullah Diarak Keliling dari Kufah menuju Syam

Kami lihat beliau bertopang pada Ali bin Abi Thalib dan menepuk-nepuk bahunya sambil berucap:

"Engkau unggul dan akan tetap unggul, orang pertama yang beriman, seorang mukmin yang paling banyak mengetahui hari-hari Allah (hari-hari turunnya nikmat dan cobaan), paling setia menepati janji, paling adil dalam bertugas melakukan pembagian ghanimah, paling bercinta-kasih kepada rakyat, dan paling banyak menderita."

Keterangan tersebut dikutip dari buku 'Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib' karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini yang diterbitkan Lembaga Penyelidikan Islam tahun 1981.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler