Kewalian KH Muhammadun Kajen Diakui Kiai Hamid Pasuruan, Waliyullah Mbah Dullah Jadi Saksinya

9 Desember 2022, 14:46 WIB
Kewalian KH Muhammadun Kajen Diakui Kiai Hamid Pasuruan, Waliyullah Mbah Dullah Jadi Saksinya /facebook/udin/

TOKOH - Kewalian KH Muhammadun Kajen Diakui Kiai Hamid Pasuruan, Waliyullah Mbah Dullah Jadi Saksinya.

Kiai Hamid Pasuruan masyhur disebut sebagai waliyullah pada jamannya. Para ulama dan kiai mengakui tanpa ada selisih sedikitpun. 

Saat KH Muhammadun Kajen hadir di Pasuruan, Kiai Hamid memberikan pengakuan atas keulamaan dan kewaliannya, dimana Mbah Dullah Salam Kajen menjadi saksinya.

Baca Juga: Keistimewaan KH Aniq Muhammadun Pati Menurut Gus Ulil

Mbah Dullah Kajen, sapaan KH Abdullah Salam, juga masyhur kewaliannya, mengakui atas keistimewaan KH Muhammadun Kajen. 

Kewalian KH Muhammadun Kajen yang disingkap Kiai Hamid Pasuruan itu berawal dari kisah yang menggetarkan. Kisah dari Kiai M Zaim Jaelani yang dikutip dari laman bangkitmedia.

Alkisah, awal perkenalannya dua tokoh ini tergolong unik dan cenderung mistis. Suatu ketika al-marhum Mbah Abdullah Salam Kajen sowan ke Mbah Hamid Pasuruan.

Setelah cukup lama dan dirasa sudah tercapai maksud dan hajat, Mbah Dullah minta pamit, kundhur.

Tiba-tiba Mbah Hamid berkata, “Kulo titip salam Kyai. Kagem Kyai Sholeh Kajen.”

Ada sedikit kaget dan heran bagi Mbah Dullah. Lantaran di Kajen selama yang beliau tahu tidak ada yang namanya Kyai Sholeh.

Baca Juga: KH Aniq Muhammadun Pakis, Ulama Ahli Ilmu Nahwu dan Ilmu Fiqih yang Jadi Menantu Kiai Zubair Sarang

Dengan memberanikan diri, Mbah Dullah bertanya biar tidak salah dan ragu, “Sepertinya di Kajen tidak ada Kyai yang namanya Sholeh, Mbah?”

Dengan tegas Mbah Hamid menjawab, “Wonten, (ada) Kyai.”

Karena semakin bingung dan penasaran, Mbah Dullah tetap mencari tahu, walaupun sebatas minta ciri-ciri Kyai Sholeh tersebut.

“Priantunipun kadhos pundhi, Mbah?” (Sosoknya seperti apa?).

Dengan haqqul yaqin, beliau berkata, “Beliau kalau setiap sholat Jumat selalu di samping kanan mimbar.”

Mbah Dullah pulang dari Pasuruan membawa oleh-oleh tanda tanya besar. Siapa gerangan sosok yang dikatakan Mbah Hamid ini sebagai Kyai Sholeh.

Apa nama Kyai Sholeh hanya sebagai julukan ataupun simbol dari seseorang yang sudah mencapai maqom Sholeh?

Setelah satu Jumat, dua Jumat dan untuk semakin meyakinkan, maka Mbah Dullah mengamati dan memerhatikan dengan seksama di sisi kanan dari mimbar sampai tiga Jumat.

Baca Juga: Gus Dur Menaklukkan Rumah Angker, Ternyata Ini yang Dilakukannya

Ternyata yang istiqomah di tempat itu adalah Kyai Muhammadun, yang juga masih famili beliau sendiri.

Tanpa ragu Mbah Dullah sowan ke Kyai Muhammadun sebagai wujud amanat menyampaikan salam dari Mbah Hamid.

Setelah saling ngobrol ke sana kemari, karena memang sudah akrab dan sebagai famili, Mbah Dullah menyampaikan salam itu. Dengan nada enteng, Kyai Muhammadun menjawabnya bahwa, beliau merasa tidak kenal dengan Mbah Hamid.

Akhirnya, muncullah gagasan Mbah Dullah untuk mengajak Kyai Muhammadun sowan ke Pasuruan.

Sungguh aneh dan ajaib, sebelum Mbah Dullah dan Kyai Madun sampai Pasuruan, Mbah Hamid sudah mempersiapkan penyambutan yang meriah dan istimewa dengan menggelar karpet merah dari teras rumah sampai gang masuk, layaknya penyambutan tamu agung dan istimewa.

Santri-santri disuruh berkumpul dan membawa rebana sebagai prosesi penyambutan. Padahal saat itu belum ada HP untuk sms atau telpon.

Subhanallah, siapa yg memberi tahu Mbah Hamid?

Baca Juga: Curi Ikan KH Chudlori Tegalrejo, Gus Dur Pesta Makan Bersama Para Santri

Ketika sudah memasuki gang komplek pesantren, Mbah Hamid sudah berdiri dengan muka ceria dan berseri, sambil tak henti-hentinya mendendangkan thola’al badru, sambil menciumi Kyai Muhammadun, saking gembira dan takzim.

Beliau diperkenalkan dengan kekuatan supranatural yang agung, indah dan dengan penuh rahmat-Nya. 

Beliau berdua dibimbing oleh rasa cinta karena Allah Swt. sama-sama alim, wara, zuhud dan salik.

Cerita dua tokoh ini berlajut juga saat sama-sama berangkat haji pada tahun yang sama. Di hampir semua prosesi ibadah haji, Mbah Hamid selalu nginthili/mengikuti Kyai Muhammadun ke mana saja. Bahkan kalau sholat, Mbah Hamid selalu meminta Kyai Madun menjadi imamnya.

Ternyata memang firasat Mbah Hamid benar. Karena saat haji ini Kyai Muhammadun dipanggil Kekasihnya, Azza wa Jalla.

Beliau meninggal di Madinah, tepat setelah menunaikan ibadah haji lengkap dan setelah ziarah makam Nabi Muhammad.

Pada haji ini adalah haji wada’ / perpisahan bagi Kyai Muhammadun terhadap dunia yg fana ini untuk berjumpa Kekasih hatinya.

Baca Juga: Gus Dur Dibentak Istri Protokol Istana, Kisah Lucu dan Menggemaskan

Mbah Hamid tahu persis maqom/kedudukan khusus yang dianugerahkan Allah Swt. kepada Kyai Muhammadun ini.

Kewafatan dan maqbarohnya Kyai Muhammadun dalam satu kota dengan maqbaroh Nabi dan satu tempat dengan maqbarohpara sahabat, syuhada’ dan para wali, cukup mencerminkan kedudukan/maqom khusus dari Kyai Muhammadun di sisi Allah Swt.

 

Demikian keterangan atas kewalian KH Muhammadun Kajen yang diakui Kiai Hamid Pasuruan, semoga bermanfaat.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler