Kenapa Makam Raja Mataram Amangkurat 1 Tidak Berada di Makam Raja Imogiri?

30 Desember 2022, 16:16 WIB
Makam Raja Mataram Amangkurat 1 Tidak Berada di Makam Imogiri /facebook/adib/

TOKOH - Kenapa Makam Raja Mataram Amangkurat 1 Tidak Berada di Makam Raja Imogiri?

Raja Amangkurat 1 punya sejarah kelam dalam sejarah Mataram Islam di Yogyakarta. Namanya sering dikaitkan dengan berbagai tragedi berdarah yang menyesakkan. 

Makam Amangkurat 1 ternyata tidak berada di Makam Raja-raja Imogiri, tetapi berada di Komplek Makam Tegal Arum Kabupaten Tegal Jawa Tengah. 

Baca Juga: Makam Raja Mataram Amangkurat 1 Terletak di Komplek Makam Tegal Arum Kabupaten Tegal Jawa Tengah

Bagaimana kok sampai Amangkurat 1 tidak dimakamkan dengan keluarga Raja Mataram di Makam Imogiri?

Dijelaskan, dada masa pemerintahannya, Amangkurat I menjalin hubungan dengan VOC yang berpusat di Batavia. Hal ini sangat tidak sejalan dengan ayahnya, Sultan Agung dimana sangat memusuhi dan mengobarkan perang dengan VOC.

Pada tahun 1646 ia mengadakan perjanjian dengan VOC dimana perjanjian ini berbunyi pihak VOC diizinkan membuka pos-pos dagang di wilayah Mataram, sedangkan pihak Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC.

Kedua pihak juga saling melakukan pembebasan tawanan.

Saat Amangkurat I memerintah kerajaan Mataram diwarnai dengan pembunuhan tokoh-tokoh señor dan penguasa-penguasa daerah yang pemikirannya tidak sejalan dengannya diantaranya Tumenggung Wiraguna dan Tumenggung Danupaya termasuk pangeran Pekik dari Surabaya, mertuanya sendiri.

Amangkurat I juga menutup pelabuhan dan menghancurkan kapal-kapal di kota-kota pesisir, untuk mencegah berkembangnya kekuatan mereka karena kesejahteraan yang meningkat.

Baca Juga: Silsilah Nasab Gus Dur Sampai Rasulullah Melalui Jalur Jaka Tingkir

Akhirnya pada tahun 1647 Amangkurat memindahkan ibukota kerajaan ke Plered yang lebih megah. Hal ini dilakukan untuk menunjukkan kekuasaan dan kejayaannya. Istana ini berbahan baku bata.

Gaya kepemimpinan Amangkurat banyak menuai protes dari tokoh-tokoh disekitar istana. Mereka tidak setuju terhadap perbuatan Amangkurat I yang menyingkirkan beberapa tokoh-tokoh señor.

Protes ini lama-lama berkembang menjadi pembrontakan seperti pembrontakkan adik Amangkurat I sendiri, Raden Mas Alit atau Pangeran Danupoyo.

Pembrontakan ini terjadi pada saat perpindahan ibu kota kerajaan ke Plered. Pembrontakan ini dapat ditumpas oleh Amangkurat I dengan terbunuhnya Raden Mas Alit.

Selain pembrontakan Amangkurat I juga berselisih dengan Raden Mas Ramat, putra mahkotanya sendiri. Perselisihan ini disebabkan oleh berita bahwa jabatan Adipati Anom akan digantikan kepada Pangeran Singasari (putra Amangkurat I lainnya).

Pada akhirnya pada tahun 1661 Mas Rahmat melancarkan aksi kudeta. Amangkurat I berhasil mempertahankan singgasananya dan dapat mengatasi para pendukung putranya.

Perselisihan semakin memburuk pada tahun 1668 saat Mas Rahmat merebut calon selir ayahnya yang bernama Rara Oyi.

Baca Juga: Nasab Kiai Hamid Pasuruan Sampai Kepada Rasulullah Melalui Jalur Mbah Sambu Lasem

Amangkurat I menghukum mati Pangeran Pekik mertuanya sendiri, yang dituduh telah menculik Rara Oyi untuk Mas Rahmat. Mas Rahmat sendiri diampuni setelah dipaksa membunuh Rara Oyi dengan tangannya sendiri.

Pembrontakan yang besar dan berpengaruh terhadap kekuasaan Amangkurat I adalah pembrontakan Trunajaya pada tahun 1670.

Pembrontakan ini diawali dengan perkenalan Raden Mas Rahmat dengan Panembahan Rama dari Kajoran. Panembahan Rama mengusulkan agar ia membiayai menantunya, yaitu Raden Trunajaya seorang pangeran dari Madura, untuk melakukan pemberontakan.

Akhirnya tanggal 2 Juli 1677 Trunajaya berhasil merebut istana Plered dan menjarahnya.

Diperkirakan terjadi perselisihan antara Trunajaya dan Raden Mas Alit, sehingga Trunajaya tidak jadi menyerahkan kekuasaan kepada Raden Mas Rahmat sebagaimana yang direncanakan sebelumnya berbalik kembali memihak ayahnya.

Amangkurat I dan Mas Rahmat berhasil melarikan diri ke barat menuju ke Batavia. Mereka mencari perlindungan VOC yang bermarkas di Batavia.

Setelah mengambil jarahan, Trunajaya kemudian meninggalkan keraton Mataram dan kembali ke pusat kekuasaannya di Kediri, Jawa Timur.

Kesempatan ini diambil oleh Pangeran Puger untuk menguasai kembali keraton yang sudah lemah, dan mengangkat dirinya menjadi raja di Plered dengan gelar Susuhunan ing Alaga.

Baca Juga: Malam Jumat di Alam Kubur, Umar bin Khattab Bentak Munkar Nakir Tanpa Takut Sedikitpun Kata Gus Baha

Pada masa pelariannya menuju Batavia, Amangkurat I jatuh sakit. Akhirnya Amangkurat I meninggal pada 13 Juli 1677 di desa Wanayasa, Banyumas dan berwasiat agar dimakamkan dekat gurunya di Tegalarum.

Amangkurat I berwasiat agar Raden Mas Rahmat meminta bantuan VOC dalam merebut kembali takhta dari tangan Trunajaya.

Mas Rahmat ini kemudian bergelar Amangkurat II dan mendirikan Kasunanan Kartasura sebagai kelanjutan Kesultanan Mataram.

Keterangan tersebut dikutip dari laman kemdikbud.***

Editor: Amrullah

Tags

Terkini

Terpopuler