Keistimewaan KH Ma'ruf Zainuddin Pengasuh Ar-Risalah Lirboyo Kediri

- 6 Mei 2022, 01:09 WIB
KH Ma'ruf Zainuddin Lirboyo Kediri
KH Ma'ruf Zainuddin Lirboyo Kediri /facebook/abdulhamid/

BERITA BANTUL - KH Ma'ruf Zainuddin Pengasuh Pondok Pesantren Ar-Risalah Lirboyo Kediri dikabarkan meninggal dunia pada Kamis, 5 Mei 2022, sekitar pukul 22.45 WIB.

Kabar wafatnya KH Ma'ruf Zainuddin tersebar luas di berbagai platform media sosial, khususnya jaringan warga nahdliyyin dan alumni Pesantren Lirboyo.

KH Ma'ruf Zainuddin adalah menantu KH Anwar Mansur, pengasuh Pesantren Lirboyo Kediri Jawa Timur. 

Baca Juga: Rahasia Doa Nabi Khidir Kepada Mbah Maimoen Zubair Sarang Saat Ngaji di Lirboyo

Di mata para santri, KH Ma'ruf Zainuddin mendapatkan kenangan khusus dan istimewa, khususnya terkait istiqomahnya dalam mengaji. 

Dikutip dari facebook M Yusuf Hasyim, dikisahkan sosok KH Ma'ruf Zainuddin yang teguh dan istiqomah dalam ngaji Ihya Ulumuddin.

Berikut ini kesaksiannya.

Sampun kapundhut Romo KH. M. Ma'ruf Zainuddin pengasuh PP Terpadu Ar Risalah Lirboyo.

Semasa saya nyantri di Lirboyo, beliau kalau malam ngaos tafsir jalalain (Alhamdulillah saya bersama Kang Bowo termasuk yang ikut ngaji kepada beliau) dan kalau siang beliau ngaos Ihya'.

Pernah suatu hari, di siang hari, ada acara kunjungan menteri dan ketika acara belum selesai, tiba-tiba beliau ngersaaken kundur karena sudah hampir jam 13.00 istiwa' yang merupakan waktu untuk ngaos ihya'.

Masyaallah beliau begitu Istiqomah dalam ngaos (ngaji).

Baca Juga: Kisah Langka, Gus Miek Ngaji Kitab Fathul Wahhab Sampai Khatam

Dalam kesaksian lain, juga dikisahkan terkait kesederhanaan KH Ma'ruf Zainuddin yang tetap santai bersama para santrinya. 

Dikutip dari facebook Ibnu Farid, dikisahkan keistimewaan KH Ma'ruf Zainuddin berikut ini.

Pernah suatu hari saya makan di warung belakang gedung al ittihad, warung itu milik Mbah Yai Ma'ruf.

Dari sekian banyak santri yang sedang makan di warung pas jam istirahat itu tak satupun mengenal beliau Mbah Yai Ma'ruf.

Di saat saya ingin bergeser mundur dari sebelah beliau, akhirnya beliau menahan tangan saya seraya dawuh.

"Mboten usah teng pundi-pundi (gak usah kemana-mana), Dahar teng mriki mawon sareng-sareng. (makan sini saja, bareng-bareng)."

Saya langsungg memahami kerso nipun beliau Mbah Yai Ma'ruf pada saat itu. 

Saya makan dengan pelan-pelan dan begitu juga beliau Mbah Yai Ma'ruf. 

Beliau tidak ingin para santri yang ada di warung itu berhamburan keluar jika tahu bahwa yang sedang duduk makan adalah beliau Mbah Yai Ma'ruf.

Pada waktu itu abdi ndhalem yang jaga warung adalah mustahiq saya. 

Sampai-sampai mustahiq saya sendiri gelisah saat melayani para teman-teman santri yang sedang minta makan. 

Baca Juga: Pidato 5 Menit hanya Diterjemahkan 1 Kata, Diplomat AS Takluk di Tangan Pejabat China Kata Gus Dur

#masih jelas nampak hingga detik ini, wajah-wajah beliau di hadapan mata ini.

Dalem nyuwun pengapunten ingkang ageng, mbah yai...

Mugi-mugi dalem diakui santri ipun sedonten poro masyayikh.

AL-FATIHAH.

Demikian dikutip dari facebook Ibnu Farid yang diunggah pada Kamis, 5 Mei 2022.***

Editor: Ahmad Amnan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah