“Tidak ada lagi anak keturunan Rasulullah di Indonesia bahkan di dunia. Keturunan Rasulullah sudah dinyatakan terputus karena tidak adanya lagi keturunan Hasan dan Husein,” kata Ketua Umum MUI KH. Hasan Basri yang dikutip sebuah koran pada tahun 1993 silam.
Gur Dur saat sebagai Ketua Umum PBNU, beliau tidak terima dengan pelecehan Hasan Basri kepada Dzurriyah Rasulullah SAW.
Baca Juga: Rahasia Tangisan Terakhir Sayyidina Husein Saat Melihat 3 Ribu Tentara Musuh dalam Tragedi Karbala
Gus Dur-pun berkata, “hanya orang bodoh yang mengatakan batu permata sebagai batu koral. Dan yang paling bodoh adalah mereka yang menganggap batu permata seharga batu kerikil."
Kedatangan para cucu, anak keturunan Rasulullah Saw ke negeri ini, bagi Gus Dur, merupakan karunia Tuhan yang terbesar. Dan hanya orang-orang kufur nikmat yang tidak mau mensyukurinya.”
Bagi ulama NU dan santri-santrinya, mereka berkeyakinan bahwa Durriyah Rasulullah SAW wajib dimuliakan. Minimal mencium tangan saat bertemu.
Gus Dur pernah sowan ke Sayyid Muhammad Alawi Al-Maliki Makkah, juga sowan ke kediaman Habib Abdullah bin Abdul Qodir Bilfaqih Malang.
Ketiga, kemudian KH Said Aqil Siraj, Ketua Umum Pengurus Besar NU, juga sowan kepada Habib Lutfi Pekalongan, cium tangan dan duduk di bawah.
Begitu juga dengan Kyai-kyai Nusantara lainya, mereka begitu memulikan Dzurriyah Rasulullah SAW.
Bagi orang NU, adab itu di atas ilmu.