Baca Juga: Lirik Lagu Manaqib Gus Dur Karya Gus Fuad Plered
Mereka itu, kata Imam Al Ghazali, tak mengerti bahwa setiap kata suci mengandung beribu makna.
Tak ada makna tunggal yang pasti. Setiap kata atau kalimat dalam Al-Qur'an mengandung makna berlapis-lapis.
Boleh jadi mereka yang mengaku atau mengklaim paling benar sendiri sambil membodoh-bodohkan orang lain atau melukai dan menyerang orang lain itu sesungguhnya tak lebih dari orang-orang yang gelisah atas kondisi ketakberdayaan diri dan ketakutan yang berlebih.
Fanatisme, radikalisme, atau ekstremisme, kata seorang psikolog, adalah gaya berpikir untuk lari dari rasa ketidakpastian, dari kebingungan yang akut, dari kecemasan yang menghantui dadanya, dan dari rasa ketidakmampuan mengatasinya.
Baca Juga: Puisi Gus Dur, Aku Rindu Padamu Karya KH Dr Jamal Makmur Asmani
Semakin dangkal pengetahuan seseorang maka dadanya semakin sempit, ekspresinya mudah marah dan menuduh sesat orang lain.
Hal itu dikarenakan bahwa ia tak punya alternatif dan argumen cerdas atas masalah yang dihadapinya. Orang seperti itu bagai anak-anak.
Sebaliknya, semakin tinggi dan luas orang itu berpengetahuan, dadanya terbentang luas dan menghargai pilihan-pilihan orang lain.
Orang seperti ini mengerti banyak jalan menuju puncak harapan.