Humor Gus Dur yang Membuat Pak Harto Takluk, Kyai Pelosok Kampung Jadi Saksi Tawa Ngakak

10 Februari 2022, 11:09 WIB
Humor Gus Dur Taklukkan Pak Harto /alif.id/

BERITA BANTUL - Walaupun bergelar 'The Smiling General', tapi sosok Presiden RI ke-2 Suharto  bukanlah orang yang mudah 'tersenyum'. Senyum Pak Harto, sapaannya saat itu, bahkan sesuatu yang misterius. 

Siapa yang mendapatkan senyuman Pak Harto tidak mesti langsung bahagia. Harus kroscek dulu kepada orang terdekat, sangat bahaya kalau tidak kroscek. 

Tapi, semua itu di mata Gus Dur bisa diselesaikan. Gus Dur punya cara khusus agar Pak Harto bisa bener-bener tersenyum dan manut dengan Gus Dur.

Baca Juga: Kisah Bupati Menguji Kewalian Syaikhona Kholil Bangkalan, Cerita Gus Muwafiq dari Gus Dur

Baca Juga: Nasi Kikil Kesukaan Gus Dur, Cukup Siapkan Rp15 Ribu, Sajian Daun Pisang Rasanya Jadi Maknyus

Sebagaimana dikutip BeritaBantul.com dari kanal YouTube kbr68h, dijelaskan bahwa Gus Dur sering melempar humor kepada publik agar hidup jangan dibuat tegang, karena banyak persoalan yang sudah membuat tegang masyarakat. 

Terkait dengan Pak Harto, Gus Dur menegaskan bahwa ingin sesuatu dengan pak Harto, tidak bisa dengan hal biasa, harus punya cara khusus. 

"Satu hal yang saya pelajari, kalau ingin sesuatu dari Pak Harto, harus dengan humor. Kalau biasa, dia itu punya argumentasinya," tegas Gus Dur. 

"Kalau sudah pakai humor, dia gak bisa ngomong," lanjut Gus Dur.

Gus Dur kemudian mengisahkan pertemuan dengan Pak Harto di momen bulan Ramadan. Gus Dur mengajak kiai pelosok kampung dari Metro Lampung. Namanya Kiai Ferdi Asrori. 

"Saya diundang buka bersama oleh Pak Harto di Cendana. Saya bawa kiai pelosok kampung, dari Metro Lampung, Kiai Ferdi Asrori. Setelah buka, kemudian shalat maghrib berjamaah. Setelah minum kopi, minum teh, dan makan, terjadilah dialog," kisah Gus Dur. 

Bagaimana kisah selanjutnya? Berikut ini dialog penuh humor antara Gus Dur dan Pak Harto yang langsung dikisahkan Gus Dur. Humor yang membuat Pak Harto manut sama Gus Dur dan kiai pelosok kampung.

Baca Juga: Kisah Proposal untuk Pejabat, Gus Mus Kepada Gus Yahya: Jangan Sembarangan Mencari Uang!

Pak Harto: Gus Dur sampai malam di sini?

Gus Dur: Enggak pak! Saya harus segera pergi ke tempat Gusti Joyo.

Pak Harto: Oh, iya ya ya.... silaken. Tapi kiainya kan ditinggal di sini, ya?

Gus Dur: Oh,  Iya Pak! Tapi harus ada penjelasan.

Pak Harto: Penjelasan apa? 

Gus Dur: Shalat tarawihnya nanti itu "ngikutin" NU lama atau NU baru?

Mendengar ucapan Gus Dur itu, Pak Harto jadi bingung. Baru kali ini ia mendengar ada NU lama dan NU baru. Kemudian dia bertanya. 

Pak Harto: Lho, NU lama dengan NU baru apa bedanya? 

Gus Dur: Kalau NU lama, tarawih dan witirnya itu 23 rakaat.

Soeharto: Oh Iya..ya..ya..ya.... gak apa-apa.

Gus Dur rileks, santai, tak bicara. Sejurus kemudian Pak Harto bertanya lagi, Gus Dur sudah meprediksi.

Pak Harto: Lha, kalau NU baru bagaimana?

Gus Dur: Diskon 60 persen! Hahaha..

Baca Juga: Gus Baha Kisahkan Humor Mbah Moen dengan Santri Lugunya

(Gus Dur, Soeharto dan semua orang yang ada di sekitarnya ngakak mendengar dialog itu) 

Gus Dur: Ya, jadi shalat tarawih dan witirnya cuma tinggal 11 rakaat.

Pak Harto: Ya sudah, saya ikut NU baru saja, pinggang saya sakit.

Itulah humor Gus Dur yang membuat Pak Harto takluk. Pak Harto ikut tawa ngakak bersama semua yang hadir. Pak Harto juga akhirnya manut sama imam tarawih yang tak lain seorang kyai pelosok kampung dari Metro Lampung. 

Baca Juga: Doa Toko Ramai Dagangan Ludes Semua dari Kiai Abdul Ghofur Sunan Drajat Lamongan

Humor memang menyegarkan. Dan Gus Dur adalah gudangnya humor itu.***  

 

Editor: Muhammadun

Sumber: Youtube kbr68h

Tags

Terkini

Terpopuler