Musik Itu Haram? Simak Baik-Baik perihal Seni dalam Khazanah Islam dan Pendapat Para Ulama Ini

16 November 2022, 08:04 WIB
Musik dalam khazanah Islam dan pendapat para ulama /pixabay/Hans/

BERITA BANTUL - Musik itu haram? Simak baik-baik perihal seni dalam khazanah Islam dan pendapat para ulama ini!

Gus Dur adalah kiai dan ulama. Sebagian orang bahkan menyebutnya wali, atau kekasih Tuhan, sebagaimana walisanga.

Akan tetapi, berbeda dengan kebanyakan ulama, Gus Dur sangat senang mendengarkan musik klasik, gubahan para maestro musik klasik dunia seperti Beethoven, Mozart, Chopin, Bach, Tchaicovsky, dan lain-lain.

Jika malam-malam sendirian, karena tak ada lagi tamu, Gus Dur memutar kaset berisi musik klasik tersebut sambil duduk di atas kursi. 

Baca Juga: Hukum Melakukan Perbuatan atau Ucapan yang Menyebabkan Kafir Karena Dipaksa

Gus Dur sehati dan mengikuti jejak pikiran Al-Ghazali. Sang Hujjah Al-Islam ini berbeda dengan ulama tekstualis konservatif radikal yang mengharamkan musik, Al-Ghazali, sang sufi terbesar itu, justru memberi apresiasi demikian tinggi terhadap musik.

Dalam karya masterpiece-nya, "Ihya ‘Ulumiddin", Sang argumentator Islam ini menyampaikan kata-kata indah seperti ini:

Orang yang jiwanya tak tergerak oleh semilir angin, bunga-bunga, dan suara seruling musim semi, adalah ia yang kehilangan jiwanya yang sulit terobati.

Bagi Al-Ghazali, musik dapat meningkatkan gairah jiwa atau roh. Ia mengajak masyarakat untuk merenungkan suara-suara burung nuri atau burung-burung yang lain, seperti beo, murai, dan lain-lain.

Baca Juga: Bagaimana Hukum Musik dalam Islam? Inilah Uraian yang Sederhana perihal Musik

Suara-suara itu begitu indah, merdu, dan menciptakan kedamaian di hati pendengarnya.

Seruling dan klarinet yang ditiup, piano dan organ yang ditekan satu-satu, biola dan violin yang digesek-gesek, atau rebana yang ditabuh adalah suara-suara. Suara-suara ini hadir mengekspresikan lubuk hati yang dalam.

Suara-suara itu tak ada bedanya dengan nyanyian para penyanyi. Begini menurut Al-Ghazali:

Mendengarkan suara-suara ini mustahil haram. Bagaimanapun ia adalah suara-suara yang indah dan berirama. Tak seorangpun yang mengharamkan suara burung nuri dan burung-burung yang lain.

Tak ada beda antara tenggorokan satu dengan tenggorokan yang lain, antara benda tak bergerak dan binatang. Maka, seyogianya suara burung nuri disamakan suara-suara manusia atau suara-suara bambu, kendang, rebana. dan lain-lain.

Baca Juga: Musik Haram? Gus Baha: Jangan Terjebak Godaan Setan, Buatlah Diri Kita Bahagia dengan Syariat Allah

Ada juga Whirling Darvishes di Istambul. Itu begitu menarik.

Konon, tarian ini diciptakan oleh sufi penyair terbesar, Maulana Jalaluddin Rumi, setelah ditinggal guru besarnya, Syams Tabrizi.

Bagi Maulana Rumi, tarian dan musik spiritual adalah audisi dan visi dari kehadiran Tuhan. Begini menurut Maulana Rumi:

Sudah terlalu sering dan banyak kau menari untuk dunia. Kini saatnya kau menari bagi Kekasih. Sudahi mengejar bayang-bayang. Sekarang datanglah ke pangkuan Kekasih.

Baca Juga: Gus Dur dan Sastra yang Tak Terwujud; Ide untuk Novel yang Belum Sempat Ditulis

Dakwah (ajakan/penyebaran misi) melalui seni dan budaya, di masa ini tampak menjadi semakin penting di tengah-tengah orasi yang menggurui, indoktrinasi yang menciptakan kebodohan publik, dan pidato agitatif yang menjenuhkan dan tidak membawa efek perubahan perilaku yang lebih baik.

Al-Isfahani, dalam bukunya yang terkenal, "Al-Aghani" (Nyanyian-nyanyian), mengatakan bahwa selama penyebaran Islam di berbagai wilayah (Arabia, Persia, Turki, dan India), musik berkembang sangat pesat sebagai sarana dakwah.

Di Indonesia, Sunan Kalijaga, seorang sufi besar, adalah orang yang berhasil melakukan “pribumisasi” Islam di Jawa yang masih menganut agama Hindu dan Buddha, melalui seni musik dan budaya.

Lirik-lirik lagu yang digubah Sunan Kalijaga, seperti "Gundul-Gundul Pacul" dan "Lir Ilir" berisi nilai-nilai spiritualitas yang tinggi dan mengungkapkan ajakan kemuliaan hidup berdasarkan ajaran-ajaran agama.

Baca Juga: Konsep Cantik menurut Jalaluddin Rumi, Ternyata Cantik Itu Tidak Seperti yang Kita Pikirkan

Sunan Bonang, sufi besar lainnya, pun menggubah lagu “Tombo Ati”. Lagu tersebut begitu manis sekaligus membimbing.

Tulisan ini dilansir dari status Facebook Husein Muhammad yang dibagikan pada 28 dan 29 Desember 2020.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler