Kisah Ali Zainal Abidin yang Dicaci Maki, Balas Dendam Terindah dan Terbaik oleh sang Cicit Rasulullah

- 8 Juni 2022, 08:03 WIB
Balas dendam terbaik adalah membalas keburukan dengan kebaikan
Balas dendam terbaik adalah membalas keburukan dengan kebaikan /pixabay/reneebigelow/

BERITA BANTUL – Ali Zainal Abidin adalah putra dari Husain bin Ali. Dia adalah cucu dari Ali bin Abi Thalib dan sekaligus cicit Rasulullah Muhammad saw. Dia mendapat gelar zainal abidin yang berarti hiasan para ahli ibadah lantaran ibadah adalah hiasan dalam hidupnya.

Karena dia adalah cicit Rasulullah saw., maka tidak diragukan lagi akan kualitas ibadahnya. Tidak hanya itu, tidak diragukan pula keluhuran budi dan kemuliaan akhlak yang menjadi karakter hidupnya.

Ada sebuah kisah keteladanan darinya perihal keluhuran budi dan kemuliaan akhlak. Berikut ini kisah singkatnya.

Baca Juga: Doa Itu Ruh Ibadah, Gus Baha: Soal Terkabul atau Tidak Itu Tak Penting

Dikutip dari buku berjudul Qisasul Auliya’ (Qaf, 2020) karya Muhammad Khalid Tsabit, dikisahkanlah ketinggian moral Ali Zainal Abidin bin Husain bin Ali bin Abi Thalib.

Suatu hari, Ali Zainal Abidin baru saja keluar dari masjid. Tiba-tiba dia dihardik hadang oleh seorang laki-laki. Ia mencela dan mencaci maki Ali.

Budak-budak dan fakir miskin yang melihat hal itu pun segera menghambur dengan maksud untuk memberi pelajaran kepada pencaci Ali tersebut. Akan tetapi, hal itu dicegah oleh Ali.

“Bersikaplah lunak, kalian!” tegas Ali kepada mereka yang akan memberi pelajaran kepada di pencaci.

Baca Juga: Doa Ilmu Keselamatan dan Kemuliaan Dunia Akhirat, Ijazah dari KH Arwani Kudus, Amalkan dan Buktikan Khasiatnya

Ali lantas menghampiri si pencaci tersebut dan berkata lembut, “Kekuranganku masih banyak yang belum engkau ketahui. Saudaraku, apakah engkau punya kebutuhan bisa kami bantu?”

Sontak wajah laki-laki pencaci itu memerah sangking malunya. Dia tidak mengira bahwa perbuatannya akan dibalas sedemikian lembutnya.

Ali pun memberinya gamis yang dikenakannya, juga memeritahkan kepada orang-orang agar memberinya seribu dirham.

Baca Juga: Bolehkah Acara Pernikahan Diiringi Musik? Berikut Hukumnya dalam Islam

Sejak kejadian itu, lelaki tersebut setiap kali bertemu dengan Ali, dia berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau memang putra Rasulullah saw.”

Kisah tersebut sungguh memberikan pelajaran dan hikmah betapa budi yang luhur dan akhlak yang mulia itu penting untuk dikedepankan.

Sebenarnya, Ali bisa saja membiarkan orang-orang untuk menghajar pencacinya. Akan tetapi, Ali justru mencegahnya. Dia tidak mau berpuas diri dengan balas dendam yang membuat pencacinya semakin membencinya.

Baca Juga: Seperti Apa Batasan Mampu Dalam Berkurban? Ini Penjelasan Lengkapnya

Sebaliknya, Ali justru menampakkan keindahan moralnya sebagai keturunan Rasulullah saw.

Sejatinya, itulah balas dendam terindah dan terbaik, yakni tidak membalas keburukan dengan keburukan namun membalas keburukan dengan kebaikan.*** 

Editor: Joko W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah