Jangan Menuruti Emosi kemudian Emosi Itu Diatasnamakan Agama, Gus Baha: Harus Banyak Membaca

- 7 Juli 2022, 17:00 WIB
Gus Baha
Gus Baha /Tangkap Layar YouTube/Najwa Shihab/

BERITA BANTUL – Jangan menuruti emosi dalam beragama. Apalagi emosi kemudian emosi itu diatasnamakan agama.

Kalau begitu jadinya, agama dianggap sebagai pembenar emosi. Bisa juga dinilai bahwa agama mengajarkan manusia untuk menuruti emosi.

Ini pemahaman beragama yang menyesatkan karena sejatinya agama itu membawa kedamaian. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam harus banyak membaca.

Banyak membaca itu akan membuka wawasan yang luas. Dengan begitu, cakrawala keilmuan pun semakin luas sehingga bisa melihat segala sesuatunya dari berbagai sudut pandang.

Baca Juga: Kisah Ali bin Syihab dan Sifat Warak Berhati-hati dalam Memakan Makanan, Halal Itu Jelas dan Haram Juga Jelas

Mengatasnamakan agama dengan menampakkan perbuatan kita yang sejatinya tidak sesuai dengan ajaran agama itu sangat menyesatkan.

Hal ini memang marak terjadi di era kini, bahkan terjadi di sekitar kita. Banyak di antara kita yang mengaku beragama, mengaku paham agama, namun bertindak di luar ajaran agama lantas mengatasnamakan hal itu sebagai ajaran agama.

Oleh karena itu, hendaklah kita lebih banyak lagi dalam membaca buku, menambah porsi bacaan kita tentang agama biar tidak mudah mengatasnamakan agama hingga emosi pun diatasnamakan agama.

Hal ini sebagaimana yang pernah Gus Baha sampaikan dalam satu kesempatan ceramahnya.

Baca Juga: Bolehkah Seseorang Itu Berkurban padahal Dirinya Belum Diakikahi? Begini Penjelasan Gus Baha

Dikutip dari buku berjudul Dawuh Cinta Gus Baha (2022) disebutkan nasihat Gus Baha tersebut.

“Siapa pun yang mencintai agama ini, ia harus banyak membaca. Jangan menuruti emosi kemudian emosi itu diatasnamakan agama,” ungkap Gus Baha.

Mengatasnamakan agama untuk membenarkan apa yang kita lakukan, terlebih emosi, itu akan menyesatkan orang-orang yang awam. Mereka akan beranggapan bahwa emosi yang mengatasnamakan agama itu menjadi ajaran agama.

Mulai dari hal inilah ekstremisme muncul. Oleh karena itu, hendaklah kita sering-sering membaca buku.

Baca Juga: Allah Janji Selamatkan Keluarga Nabi Nuh, Namun Ternyata Anaknya Tidak Selamat, Begini Penjelasan Gus Baha

Maksudnya, membaca buku itu adalah belajar, mengaji, atau menuntut ilmu agar selamat, tidak tersesat.

Dengan banyak membaca, yakni mempelajari banyak hal, sekali lagi, wawasan akan menjadi lebih luas. Selain itu, sudut pandang seseorang yang banyak membaca itu bisa dilakukan dari berbagai arah.

Dengan banyak membaca, akan diketahui aneka pemikiran dan pendapat. Diketahui pula bagaimana perbedaan-perbedaan itu terjadi.

Oleh karenanya, dengan banyak membaca akan membawa kita bisa berpikir lebih moderat, lebih bijak, dan lebih bisa menghargai perbedaan pendapat selagi itu tidak keluar dari ajaran agama.

Ini jauh lebih baik daripada sekadar mengamalkan agama namun tidak paham agama. Bisa-bisa, yang diamalkan itu bukan ajaran agama, namun hawa nafsu belaka.***

Editor: Joko W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x