Kisah Imam Abu Hanifah Didemo oleh Masyarakat karena Pendapatnya yang Tidak Sama dengan Mereka

- 4 Oktober 2022, 10:47 WIB
Imam Abu Hanifah
Imam Abu Hanifah /wikimedia/بلال الدويك/

Imam Abu Hanifah bertanya lagi, “Apakah kalian akan mengikuti pendapatnya?”

Mereka menjawab lagi dengan suara yang sama, “Ya, kami akan mengikuti apa pun yang akan disampaikan dan dilakukannya.”

Imam Abu Hanifah lantas mengatakan, “Nah, kalau demikian, masalahnya telah selesai. Sekarang kalian kembali ke rumah masing-masing.”

Mendengar itu, mereka, termasuk sang juru bicara, seperti orang bingung. “Kok selesai? Apanya yang selesai?”

Baca Juga: Sejarah Asal Mula Perayaan Maulid Nabi dan Kitab Al Barzanji yang Berisi Pujian kepada Nabi Muhammad

Peristiwa itu menunjukkan bahwa pendapat Imam Abu Hanifah dibenarkan mereka. Bukankah pemimpin mereka adalah suara mereka juga? Jadi, bukankah sudah cukup, jika ia saja yang bicara dan tidak perlu para pengikutnya ikut bicara?

Cerita singkat di atas tidak dimaksudkan sebagai persetujuan terhadap pendapat Imam Abu Hanifah untuk kasus ini. Ini hanya sekadar memperlihatkan bahwa hukum agama (fikih) tidaklah tunggal, dan bukan tanpa argumentasi dari teks agama.

Imam Abu Hanifah hanya berargumen dengan akal sederhana karena mengerti siapa yang dihadapinya.

Imam Abu Hanifah sebenarnya juga punya argumentasi naql (hadis), namun itu harus dijelaskan, mungkin akan panjang dan belum tentu dapat dimengerti.

Jadi meskipun di tempat kita ada pandangan bagi keharusan setiap orang yang shalat membaca Al Fatihah yang diikuti secara mainstream, namun pandangan yang minoritas pun perlu dihargai, karena itu pun memiliki dasar, meski kadang tidak diketahui publik.

Halaman:

Editor: Joko W

Sumber: Facebook


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah