Rusia Siapkan Perang Lebih Luas, NATO Siagakan 40 Ribu Tentara Aliansi

11 April 2022, 01:17 WIB
Rusia Siapkan Perang Lebih Luas, NATO Siagakan 40.000 Tentara Aliansi /pixabay/

BERITA BANTUL - Usai Rusia terdepan dari Dewan Hak Asasi Manusia (HAM) PBB, situasi krisis Ukraina makin parah. 

Amerika Serikat terus menebarkan klaim siap habisi Rusia dengan berbagai sanksi yang sudah dijalankannya. 

NATO juga siapkan bala tentara aliansinya untuk siaga hancurkan Rusia. 

Baca Juga: MENGERIKAN, Mayat-mayat Warga Ukraina di Ruang Bawah Tanah, Takut Kena Gempuran Militer Rusia

Sejak melancarkan invasi akhir Februari 2022 lalu, Presiden Vladimir Putin menyebut tujuannya adalah perlindungan orang-orang yang telah menjadi sasaran intimidasi dan genosida oleh rezim Kiev selama delapan tahun.

Angkatan bersenjata hanya menyerang infrastruktur militer dan pasukan Ukraina.

Dikutip dari Pikiran-Rakyat.com, Sekretaris Jenderal NATO, Jens Stoltenberg mengatakan bahwa aliansi tersebut sedang mengembangkan rencana untuk mengerahkan angkatan bersenjata skala penuh permanen di sisi timur, dekat dengan Rusia.

Baca Juga: Ekspansi Nuklir China Hebohkan Dunia, Amerika Tidak Mau Hegemoninya Disaingi

Menurutnya, NATO berada di tengah transformasi yang sangat mendasar.

"Sekarang kami telah meminta para pemimpin militer kami untuk memberikan opsi untuk apa yang kami sebut pengaturan ulang, adaptasi jangka panjang NATO," katanya.

"Saya pikir para pemimpin aliansi akan membuat keputusan tentang masalah ini ketika mereka bertemu di Madrid pada pertemuan puncak bulan Juni,” lanjut Stoltenberg.

Dirinya juga mencatat bahwa sekarang sudah ada 40.000 tentara aliansi di sisi timur NATO, sementara sebelum dimulainya operasi khusus Rusia jumlahnya sepuluh kali lebih sedikit.

Baca Juga: NATO Kirim Rudal Mematikan, Tembus Pertahanan Angkatan Laut dan Pelabuhan Rusia di Laut Hitam

Di lain pihak, Deputi Duma Negara dari wilayah Krimea Mikhail Sheremet, dalam sebuah wawancara dengan RIA Novosti, menyebut kata-kata Perwakilan Tinggi Uni Eropa untuk Urusan Luar Negeri, Josep Borrell, yang menganjurkan kelanjutan permusuhan di Ukraina, sebagai kesalahan besar.

Sebelumnya, Borrell, mengomentari peristiwa di Ukraina, menulis di Twitter-nya: "Perang ini harus dimenangkan di medan perang."

Dalam jabatannya, kepala diplomasi Eropa ini juga mengingatkan alokasi 500 juta euro sebelumnya untuk pasokan senjata ke Ukraina.

"Tampaknya politisi dan diplomat Barat sudah gila. Dalam pernyataan mereka. Mereka menjadi liar dan gila," katanya.

Baca Juga: Rusia Ekspor Senjata ke 45 Negara di Dunia, China Pembeli Terbesar Kedua Setelah India

"Dengan memprovokasi, sama saja membuat api pertempuran di Ukraina makin besar dan meluas, inilah saatnya bagi mereka untuk memahami bahwa cepat atau lambat nyala api ini akan mencapai mereka," katanya.

"Kebijakan anti-Rusia dan tidak bersahabat akan berdampak terutama pada kesejahteraan negara-negara Barat," ujar Sheremet kepada RIA Novosti.

Menurut dia, Uni Eropa, bersama NATO, tertarik untuk mengubah Ukraina menjadi 'zona hitam', sehingga mencoba menarik Rusia ke dalam konflik militer jangka panjang.

"Dengan memasok senjata ke Ukraina, negara-negara Barat terus membantu Nazi, sambil menggunakan rakyat Ukraina sebagai alat tawar-menawar dalam mencapai tujuan geopolitik mereka dan berjuang untuk sumber daya dunia," tutur deputi itu.***

Editor: Muhammadun

Sumber: Pikiran Rakyat

Tags

Terkini

Terpopuler