Bom Nulir Meningkat Tajam, China dan AS Pamer Kekuatan, Mau Perang?

- 7 April 2022, 11:30 WIB
Bom Nulir Meningkat Tajam, China dan AS Pamer Kekuatan, Mau Perang?
Bom Nulir Meningkat Tajam, China dan AS Pamer Kekuatan, Mau Perang? /Iranian Defense Ministry/

BERITA BANTUL - Perang Dagang antara China dan Amerika Serikat (AS) tensinya makin panas sejak era kepemimpinan Trump.

China dan AS seperti air dan minyak yang mustahil bersatu. Keduanya selalu perang statement untuk merasa menang atas setiap persoalan. 

Saat bom nuklir dan rudal naik, China dan AS juga dikabarkan saling perkuat wilayah masing-masing. 

Baca Juga: Sering Mengalami Mimpi Buruk, Ternyata Ini Penyebab Mimpi Buruk Bisa Terjadi

Dikutip dari Pikiran-rakyat.com, pasar global untuk senjata macam bom nuklir dan rudal meningkat drastis.

Setidaknya 73 persen pasar bom nuklir dan rudal meningkat dari level 2020 dengan dana terkumpul 126 miliar dolar AS dalam kurun waktu 10 tahun terakhir.

Dalam laporan Allied Market Research menerangkan jika pasar global rudal dan bom nuklir meningkat salah satunya karena agresi Rusia di Ukraina.

"Pasar bom nuklir dan rudal global bernilai 72,64 miliar dolar AS pada 2020, dan diproyeksikan mencapai 126,34 miliar dolar AS pada 2030, tumbuh pada CAGR 5,4 persen dari 2021 hingga 2030," kata laporan dari Allied Market Research.

Baca Juga: Cara Mengobati Sakit Gigi dengan Metode Ruqyah, Terbukti Khasiatnya Sangat Dahsyat

Presiden AS Joe Biden dilaporkan hendak menambah anggaran untuk kekuatan militer negaranya.

Khususnya berkaitan dengan modernisasi triad nuklir milik Washington.

Amerika Utara mendominasi lebih dari setengah pasar global pada tahun 2020, dikutip dari TRT World, Selasa 5 Maret 2022.

Laporan tersebut memperkirakan pertumbuhan tercepat akan datang dari kawasan Asia-Pasifik. Lantaran adanya inisiatif dari negara-negara besar macam China, India, dan Pakistan.

China, India dan Pakistan dilaporkan berupayan untuk meningkatkan persenjataan nuklir mereka.

Tingkat penjualan bom nuklir tentunya memicu kekhawatiran dunia, kayak mau perang saja AS dan China, sebagaimana invasi Rusia ke Ukraina. 

Baca Juga: Pembunuhan Massal di Bucha, Jerman Buka Fakta terkait Rusia dari Citra Satelit Berlin

Dikutip dari Zonajakarta.com, China dan AS merupakan dua negara dengan kekuatan militer yang sangat luar biasa.

Berbagai persenjataan mumpuni sekelas nuklir pun dimiliki AS dan China. Sehingga jika terjadi konflik yang berujung pada perang fisik maka ini akan sangat berbahaya.

Semakin buruknya hubungan AS dan China diperkuat dengan adanya dukungan Washington terhadap Taiwan.

China yang menganggap jika Taiwan merupakan bagian dari teritorial Beijing tentunya tak terima adanya dukungan AS di Taipei.

Kemesraan antara AS dan Taiwan tentu membuat China meradang. Berbagai ancaman tak terlepas dilontarkan kedua belah pihak.

Baca Juga: Hasil Liga Champion Chelsea Vs Real Madrid Skor 1-3, Sundulan Benzema Menjadi Momok Menakutkan Bagi The Blues

Tak hanya tentang Taiwan, mengenai Laut China Selatan atau juga disebut Laut Natuna Utara juga memperburuk hubungan AS dan China.

Sebelumnya China diketahui mengklaim bahwa hampir skeseluruhan Laut Natuna Utara merupakan bagian dari teritorial Beijing.

Pengakuan kedaulatan China di atas Laut Natuna Utara ini menimbulkan polemik khususnya di ASEAN.

Banyak negara ASEAN yang terdampak akan adanya klaim sepihak yang dilakukan China di Laut Natuna Utara.

Seperti Filipina, China dan Filipina yang bersengketa memperebutkan Kepulauan Spratly di Laut Natuna Utara.

Baca Juga: Rusia Ekspor Senjata ke 45 Negara di Dunia, China Pembeli Terbesar Kedua Setelah India

Dan belum lama ini dilaporkan Pikiran Rakyat yang melansir dari Reuters, menyebut jika AS dan Filipina laksanakan latihan militer bersama.

"Kami mengirim pesan pada dunia bahwa aliansi antara negara kami lebih kuat dari sebelumnya," kata Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana, dikutip dari Reuters.

Direktur Latihan AS, Mayor Jenderal Jay Bargeron, menhgatakan latihan kali ini dirancang untuk meningkatkan pertahanan negara menghadapi krisis sengketa di Laut Natuna Utara.

Filipina menjadi negara yang paling kritis usai China mengklaim beberapa wilayah di Laut Natuna Utara adalah miliknya.***

 

Editor: Muhammadun

Sumber: Pikiran Rakyat Zona Jakarta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah