Detik-detik Wafatnya Rasulullah SAW, Ini Sikap Umar bin Khattab dan Abu Bakar As Siddiq

12 Oktober 2022, 20:05 WIB
Detik-detik Wafatnya Rasulullah SAW, Ini Sikap Umar bin Khattab dan Abu Bakar As Siddiq /tangkapan layar youtube Hidayah Ilahi Official/

SEJARAH ISLAM - Ini tentang detik-detik wafatnya Rasulullah SAW, ini sikap Umar bin Khattab dan Abu Bakar As Siddiq.

Wafatnya Rasulullah menjadi peristiwa yang paling tidak diinginkan para sahabat, karena mereka masih belum bisa berpisah dengan Rasulullah. 

Sayyidina Umar bin Khattab dan Sayyidina Abu Bakar As Siddiq menjadi dua tokoh sahabat yang paling menggetarkan saat Rasulullah wafat.

Baca Juga: Khutbah Nabi Muhammad Menjelang Wafatnya yang Menggetarkan

Dijelaskan, bahwa detik-detik terakhir hayatnya tiba dikala Rasulullah berbaring di pangkuan istrinya, Sayyidah Aisyah.

Agak lain dari itu, menurut Imam Ahmad bin Hanbal dalam Masnadnya jilid II, halaman 300, dan menurut At-Thabariy dalam Dzakha'irul'Uqba' halaman 73, beliau wafat di atas pangkuan Imam Ali.

Ucapan terakhir yang keluar pada detik kemangkatan beliau ialah "Ar Rafiqul A'laa. minal jannah…"

Ada yang mengatakan beliau wafat pada bagian akhir bulan shafar tahun 11 hijriyah. Ada pula sejarawan yang menyebut permulaan Rabi'ul Awwal sebagai hari wafat beliau.

Kaum Syi'ah, misalnya, mengatakan bahwa beliau wafat dua hari terakhir bulan shafar.

Tetapi banyak penulis sejarah lainnya mengatakan pada permulaan bulan Rabi'ul Awwal tahun 11 Hijriyah, atau tanggal 8 Juni tahun 632 Masehi.

Baca Juga: Wasiat Nabi Muhammad Menjelang Wafat

Tentang hari dan tanggal wafatnya Rasulullah bukanlah suatu masalah yang perlu dipersoalkan.

Yang penting dan yang sangat perlu ditekankan, bahwa pada saat-saat terakhir hayatnya, beliau tidak mengatakan siapa yang akan meneruskan kepemimpinan atas ummatnya.

Hal ini di belakang hari akan menjadi titik perbedaan pendapat tentang kepemimpinan ummat di kalangan kaum muslimin.

Rasulullah pulang ke haribaan Allah Rabbul'alamin hanya meninggalkan Kitab Allah yang berisi firman-firman-Nya, dan ajaran serta tauladan beliau yang kemudian dikenal sebagai Sunnah Rasulullah SAW.

Beliau mangkat meninggalkan Islam sebagai buah risalah suci dalam keadaan lengkap dan sempurna, yang kehadirannya di permukaan bumi akan melahirkan peradaban baru dalam kehidupan manusia.

Nabi Muhammad wafat meninggalkan keluarga dan para sahabat, yang ketangguhan Iman dan kesetiaannya kepada Islam bisa diandalkan untuk menjamin kelestarian agama Allah dan mengembang-luaskan manusia pemeluknya.

Baca Juga: Kalau Punya Emas Sebanyak Gunung Uhud, Imam Hasan Basri Akan Infakkan untuk Acara Maulid Nabi

Kebenaran telah tiba dan kebatilan pasti lenyap. Itulah motto perjuangan ummat Islam yang mau tidak mau harus diperhitungkan oleh kekuatan-kekuatan kuffar di Barat dan kekuatan-kekuatan musyrikin di Timur.

Kemangkatan Rasulullah merupakan peristiwa yang tidak diduga akan secepat itu.

Kejadian yang terasa sangat mengejutkan itu, mengakibatkan banyak kaum muslimin terombang-ambing antara percaya dan tidak.

Bahkan sahabat terdekat beliau sendiri, yaitu Umar bin Khattab masih juga tidak mau percaya mendengar berita tentang wafatnya Rasulullah.

Hingga saat ia sendiri menyaksikan jenazah suci terbaring di rumah Siti Aisyah, masih tetap berseru kepada semua orang:

"Rasulullah tidak wafat! Beliau hanya menghilang dan akan kembali lagi!"

Baca Juga: Perayaan Maulid Nabi; Ekspresi Indah dalam Menyambut Kelahiran Nabi Muhammad

Umar bin Khattab tetap membantah, bahkan mengancam-ancam setiap orang yang mengatakan bahwa Rasulullah telah wafat.

Apa yang diperlihatkan oleh Umar bin Khattab itu hanya menunjukkan betapa hebatnya goncangan kaum muslimin mendengar berita tentang wafatnya Nabi Muhammad SAW.

Seorang sahabat lainnya, Al-Mughirah, berusaha meyakinkan Umar bin Khattab bahwa Rasulullah benar-benar wafat.

Dengan geram Umar menuduhnya sebagai pembohong.

Umar menjawab: "Beliau hanya pergi menghadap Allah, sama seperti Musa bin Imran yang menghilang dari tengah-tengah kaumnya selama 40 hari dan akhirnya kembali lagi kepada mereka."

Banyak orang yang dituduh oleh Umar sebagai munafik, hanya karena memberitakan kemangkatan Rasulullah.

Baca Juga: Sejarah Asal Mula Perayaan Maulid Nabi dan Kitab Al Barzanji yang Berisi Pujian kepada Nabi Muhammad

Kepada orang-orang yang sedang berkerumun di masjid Nabawi, Umar meneriakkan ancaman:

"Barang siapa berani mengatakan Rasulullah telah wafat, akan kupotong kaki dan tangannya!"

Ancaman Umar yang seperti itu cukup menambah bingungnya kaum muslimnin yang sedang dirundung duka cita.

Abu Bakar yang baru saja datang dari Sunh, ketika mendengar Umar melontarkan kata-kata sekeras itu, berusaha meyakinkan dengan mensitir ayat 144 Surah Ali Imran:

وَمَا مُحَمَّدٌ اِلَّا رَسُوْلٌۚ قَدْ خَلَتْ مِنْ قَبْلِهِ الرُّسُلُ ۗ اَفَا۟ىِٕنْ مَّاتَ اَوْ قُتِلَ انْقَلَبْتُمْ عَلٰٓى اَعْقَابِكُمْ ۗ وَمَنْ يَّنْقَلِبْ عَلٰى عَقِبَيْهِ فَلَنْ يَّضُرَّ اللّٰهَ شَيْـًٔا ۗوَسَيَجْزِى اللّٰهُ الشّٰكِرِيْنَ

"Muhammad itu tiada lain hanya seorang Rasul, sesungguhnya telah berlalu sebelumnya beberapa orang Rasul.

Apakah jika dia wafat atau terbunuh kamu berbalik ke belakang?

Barangsiapa yang berbalik ke belakang ia tak dapat mendatangkan mudharat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberikan balasan kepada orang-orang yang bersyukur."

Baca Juga: Saat Rasulullah Demam Tinggi, Para Sahabat Bersedih dan Penuh Khawatir

Mendengar itu sadarlah Umar bin Khattab atas kekhilafannya. 

Keterangan tersebut dikutip dari buku 'Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib' karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini yang diterbitkan Lembaga Penyelidikan Islam tahun 1981.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler