Karomah Mbah Muslih Mranggen, Disebut Kiai Tarekat Kata Gus Ulil

- 7 Desember 2022, 17:40 WIB
Karomah Mbah Muslih Mranggen, Disebut Kiai Tarekat Kata Gus Ulil
Karomah Mbah Muslih Mranggen, Disebut Kiai Tarekat Kata Gus Ulil /facebook/udin/

Menurut penuturan Kiai Shodiq, ia pernah ngaji beberapa kitab "besar" dengan Kiai Muslih, hingga khatam. Kitab-kitab itu mencakup: al-Mahalli (kitab dalam fiqih Syafii yang merupakan syarah atau komentar atas Minhaj al-Thalibin yang masyhur karya Imam al-Nawawi), al-Muhazzab (kitab fiqh Syafii karya Abu Ishaq al-Shirazi), Fath al-Mu'in, (kitab fiqh Syafii karya seorang ulama Malabar, India: Syekh Zainuddin al-Malibari, murid langsung dari Imam Ibn Hajar al-Haitami), Ihya' Ulum al-Din (kitab tasawwuf karya al-Ghazali), Jam' al-Jawami' (tentang ushul al-fiqh atau filsafat hukum Islam), 'Uqud al-Juman (tentang ilmu balaghah atau teori sastra Arab klasik), Dahlan Alfiyyah (syarah atas nadzam Alfiyyah yang masyhur itu), dll.

Baca Juga: 2 Tahun Belajar di Tegalrejo, Gus Dur Dapat Ilmu Kelas Tinggi dari KH Chudlori

Saya kemudiah "menginterogasi" Kiai Shodiq agak lebih detil tentang bagaimana Kiai Muslih ngaji Ihya'. Saya memang sedang mengumpulkan kisah-kisah tentang bagaimana kitab Ihya' diajarkan di pesantren Jawa (semoga kelak menjadi sebuah buku).

Kiai Shodiq menuturkan: Kiai Muslih mengajarkan kitab Ihya' setiap hari, usai salat subuh hingga pukul 7 pagi, dan mengkhatamkannya dalam waktu empat tahun.

Kiai Muslih cenderung untuk "ngaji cepat" dalam mengajarkan kitab ini, sebagaimana yang beliau lakukan pada kitab Bidayatul Mujtahid.

Maknanya: beliau hanya membaca kata-demi-kata, memberikan makna sesuai tradisi bandongan yang populer di pesantren, tanpa menerangkan dan mengulas secara mendalam kitab bersangkutan.

Kiai Shodiq sempat menunjukkan kepada saya foto-kopian kitab Ihya' yang sudah penuh dengan "sah-sahan", alias terjemahan antar-baris, hasil ia mengaji dengan Kiai Muslih.

Sayang sekali, naskah asli kitab ini dipinjam oleh seorang temannya dan tidak kembali. Untung saja, Kiai Shodiq masih sempat meng-kopi kitab itu, sehingga "jejak" ngaji-nya dengan Kiai Muslih tak hilang sama sekali.

Bagi saya, Kiai Shodiq Hamzah Semarang ini sangat istimewa. Ia sendiri belajar dalam waktu yang lama dengan Kiai Muslih, dan rajin mengarsipkan kitab-kitab yang pernah ia pelajari dengan gurunya.

Baca Juga: Gus Dur Dibentak Istri Protokol Istana, Kisah Lucu dan Menggemaskan

Halaman:

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x