Kemarahan para ulama ini memuncak karena Mbah Mutamakin memelihara dua belas anjing. Yang terbesar dinamai Abdul Kahar seperti nama Penghulu di Tuban, dan satunya lagi dinamai Kamarudin, nama Ketib masjid besar Tuban.
Baca Juga: 16 Kata Mutiara KH Maimoen Zubair yang Menggetarkan Hati, Menandai Hidup Berkah dan Bahagia
Mendengar itu ulama-ulama di Pesisir kemudian bergerak. Mereka mengorganisir jaringan ulama di Pajang, Mataram, Kedu, Pagelan, dan mancanegara, mengundang mereka untuk bersama-sama mengajukan tuduhan terhadap Mbah Mutamakin kepada raja.
Mereka mengeluarkan petisi, menganggap Mbah Mutamakin melanggar ajaran-ajaran Islam, dan menuntut pada raja di Surakarta untuk memberikan hukuman mati.
Dalam sidang, saat ditanya dari mana Mbah Mutamakin belajar ilmu hakikat?
Mbah Mutamakin mengaku belajar ilmu hakikat pada Ki Syaikh Zain saat naik haji dulu. Menurutnya ajaran guru hakikat dari negeri Yaman tersebut isinya sama persis dengan kitab Bhima Suci.
Walhasil, setting utama cerita Serat Cebolek ialah seputar perdebatan antara Mbah Mutamakin dengan Ketib Anom dari Kudus.
Yang dibedah dan diperdebatkan ialah kitab Bhima Suci, yaitu sebuah suluk Jawa yang berisi kisah pencarian Tuhan oleh Bhima atau di Jawa sohor disebut Werkudara.
Ketib Anom piawai menafsirkan dan menjelaskan isi ajaran Dewa Ruci tersebut, juga memiliki kekayaan diskursus baik bersumber dari tradisi Islam maupun Jawa.
Baca Juga: Pentingnya Membaca Menurut KH Maimoen Zubair, Kunci Bangun Peradaban Kata Kiai Jamal