Rahasia Gus Dur Punya Kecerdasan Tingkat Tinggi, Suka dengan Ide-Ide Segar

- 12 Desember 2022, 21:44 WIB
Rahasia Gus Dur Punya Kecerdasan Tingkat Tinggi
Rahasia Gus Dur Punya Kecerdasan Tingkat Tinggi /facebook/adib/

TOKOH - Rahasia Gus Dur Punya Kecerdasan Tingkat Tinggi, Suka dengan Ide-Ide Segar.

Kecerdasan Gus Dur tak ada yang meragukan. Bacaannya luas, idenya cemerlang dan segar, bahkan sering tak mampu dijangkau publik secara luas. 

Kemampuan Gus Dur dalam membaca realitas membuatnya mendapatkan pengakuan ilmiah dari semua kalangan, bahkan masyarakat luar negeri takjub dengan kecerdasan Gus Dur. 

Baca Juga: Tak Punya Rasa Minder, Gus Dur Punya Cara Baca yang Dahsyat, Sampai Karcis Bioskop Dia Baca Teliti

Salah satu sahabat Gus Dur yang bernama Syu'bah Asa memberikan kesaksian atas kecerdasan Gus Dur itu. 

Dalam kata pengantar buku 'Melawan Melalui Lelucon: Kumpulan Kolom Abdurrahman Wahid di TEMPO', Syu'bah Asa menjelaskan kecerdasan Gus Dur memang orisinil. 

Syu'bah Asa (1941-2001) adalah esais budaya, aktor teater dan redaktur senior TEMPO.

"Kecerdasannya menonjol. Cepat menangkap sesuatu dan menentukan sumber masalah. la kerap berangkat dari asumsi dan akumulasi pengetahuan yang dia punya dan, memang, analisisnya pada umumnya tepat," kata Syu'bah Asa.

Walaupun begitu, katanya, tentu bukan tidak pernah keliru. Ketika Gus Dur menulis tentang Filipina, TEMPO, beberapa hari kemudian tulisan yang bagus itu ditebang oleh Mahbub Junaedi di harian Kompas.

Baca Juga: Gus Dur Jadi Presiden RI, Ternyata Tanda-Tandanya Dimulai dari Fakta Ini, Baru Terungkap

Mahbub adalah kolumnis dengan dukungan sistem kliping yang baik, seperti Pater Brouwer.

"Waktu itu Goenawan berkala kepada saya, kira-kira, “Bagaimana, ya, cara­nya menasihati Gus Dur supaya lebih memperhatikan data. Orangnya sangat pintar, cuma nggak begitu peduli.”

"Dua hari kemudian, waktu saya singgung tulisan Mahbub itu, Gus Dur enteng saja menanggapi: “Ah. kita bicara ini, dia bicara itu.”

Syu'bah Asa paham juga yang dimaksud Gus Dur dengan “bicara ini, bicara itu”. Memang ada benarnya. Hanya, kalau mau mencari kelemahan Gus Dur, kelemahan itu ada pada hal-hal kecil.

"Bisa termasuk data teknis, meskipun ia orang yang akrab dengan perpustakaan," katanya.

Menurutnya, Gus Dur kalau ke perpustakaan mencari ide, menimba, atau mengecek pikiran atau gagasan. Tokoh seperti dia kan suka ide-ide segar, termasuk yang bagi banyak orang terasa menyentak.

"Dokter lang­ganan saya, kebetulan keturunan Cina, sehabis mendengar dua-tiga pidato Gus Dur yang pertama, bilang, “Itu orang jenial, bukan, Pak?” “Iya, Bu. Ia salah satu putra terbaik kita.”

Baca Juga: Ciri Khusus Tulisan dan Gagasan Gus Dur yang Unik dan Mengesankan

Syu'bah Asa juga menyebut bahwa perjalanan Gus Dur ke kursi presiden itu sangat cepat. Bikin partai, kampanye se­dikit, terus jadi presiden.

"Kecuali kalau jabatannya sebagai pemimpin NU, juga di Forum Demokrasi, sudah kita pandang sebagai kegiatan politik. Pendapat Dawam Rahardjo, misalnya, sejalan dengan itu," kenangnya.

Syu'bah Asa kemudian mengisahkan perjalanan dirinya bersama Gus Dur di Jawa Timur.

"Suatu kali saya sendiri diajak Gus Dur ke Jawa Timur. Berdua kami berkeliling dari satu kiai ke kiai lain, dari satu pesantren ke pesantren lain. Juga beberapa famili yang menjadi pejabat di daerah.

Misalnya, kami menginap di satu kabupaten yang bupatinya kemenakannya. Biasanya mereka mengumpulkan sejumlah orang untuk menyambut cucu Hadratusy Syaikh (Hasyim Asy’ari, red.) itu, tapi yang datang tidak banyak. Kan Gus Dur belum terkenal.

Di Lamongan, misalnya, kalau tidak salah cuma sekitar 40 orang. Dalam kesempatan seperti itu biasanya Gus Dur bicara, lalu menyuruh saya meneruskan. Sudah itu tanya-jawab. Dia yang jawab.

Saya berpikir, seakan-akan Gus Dur sedang mencari atau mengurut mata-mata rantai yang lepas-lepas, sambil bersilaturahmi. Kan dia belum begitu lama pulang dari Irak.

Baca Juga: Mbah Mutamakkin Kajen dan Gus Dur: Rahasia Langit dalam Ajaran Joko Tingkir

Dia banyak bertanya tentang famili atau kenalan yang berada di sini atau di sana, jadi apa dia sekarang, bagaimana posisinya, pengaruhnya, keluarganya, dan seterusnya.

Gus Dur sedang akan memakai jaringan yang sudah ada, yang bisa juga dari warisan, dengan maksud mengaktualkan kembali jaring­an itu dengan dirinya sebagai pemain.

Saya mencatat, perjalanan kami berdua itu berada dalam kerangka perjalanan Gus Dur sendiri, tahap awal, untuk naik ke atas. Tidak lama kemudian dia akan masuk ke dalam jajaran kepengurusan PB Nadlatul Ulama, kalau tidak salah, mula-mula sebagai wakil katib (sekretaris).

Kami juga mengunjungi Kiai Ahmad Siddiq (almarhum). Malahan Gus Dur meninggalkan kami berdua agak lama. Dan nanti kita akan lihat bahwa dalam soal kembalinya NU ke Khitah 1926 pada Muktamar Situbondo 1984, yang berdiri di belakangnya tak lain kedua tokoh itu: Gus Dur dan Kiai Siddiq. Dari situ Gus Dur melesat ke atas."***

 

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah