Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo (7): Kenapa Rabithah Alawiyah Sembunyikan Kebenaran Sejarah?

- 3 Juni 2023, 22:48 WIB
KH Ali Badri Pasuruan membongkar kebenaran sejarah yang disembunyikan Rabithah Alawiyah
KH Ali Badri Pasuruan membongkar kebenaran sejarah yang disembunyikan Rabithah Alawiyah /facebook/ali.azmatkhan.98/

Sebagai paguyuban imigran Yaman, sebenarnya banyak tokoh habaib (ulama' Baalawi) di Yaman yang keberatan dengan nama Rabithah Alawiyah, nama itu dianggap monopoli dan tidak mencerminkan ukhuwah Islamiyah, paguyuban untuk semua imigran Yaman mestinya jangan menggunakan kalimat Alawiyah.

Rabithah Alawiyah baru menjadi milik Baalawi saja setelah semua non Baalawi keluar akibat pertengkaran sengit gara-gara kafaah nasab.

Ceritanya, di Singapore ada seorang Syarifah menikah dengan orang India, kalangan Baalawi Singapore tidak terima dengan pernikahan ini, bahkan seorang ulama Baalawi Singapore memberikan fatwa bahwa pernikahan itu tidak sah.

Imigran Yaman yang non Baalawi mulai berkomentar tidak setuju dengan fatwa itu, hingga keributanpun terjadi di Singapore dan Malaysia, bahkan kemudian terjadi juga di Indonesia, khususnya di pulau Jawa.

Untuk mengatasi keributan itu, seorang raja bisnis Singapore dari keluarga Assegaf mengutus orang untuk meminta fatwa pada ulama' Yaman, maka didapatlah fatwa seorang ulama dari keluarga Assegaf yang menjadi Qadhi di kota Siwun, Hadramaut, menyusul kemudian fatwa seorang ulama dari keluarga Assegaf juga yang menjadi mufti provinsi Hadramaut, keduanya mengesahkan pernikahan itu.

Rabithah Alawiyah tidak terima dengan fatwa dari habaib Yaman, bahkan tidak mau lagi berguru pada habaib Yaman. Rabithah Alawiyah kemudian mencari ulama ke Makkah Al-Mukarramah untuk dijadikan guru besar paguyuban dan lembaga pendidikan mereka (Jamiat Kher), sehingga bertemulah dengan Syekh Surkati yang berasal dari Sudan.

Syekh Surkati dibawa ke Indonesia dan dijadikan guru besar imigran Yaman.

Tak lama kemudian Syekh Surkati mendirikan Al-Irsyad karena banyak anak-anak imigran non Baalawi yang tidak mau sekolah di Jamiat Kher, sehingga beliaupun menjadi guru besar di dua lembaga imigran Yaman, yaitu Jamiat Khair dan Al-Irsyad.

Tak lama kemudian, ketika mengisi majlis di solo, Syekh Surkati mendapat pertanyaan tentang syarifah yang menikah dengan non sayyid, beliaupun menjawab sah.

Kalangan Baalawi kecewa berat dengan jawaban beliau, beliaupun dicaci maki dan hal itu menyulut kemarahan non Baalawi, khususnya pengurus dan wali murid Al-Irsyad.

Halaman:

Editor: Amrullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x