Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo (9): Nasab Baalawi Bukanlah yang Paling Shahih

- 5 Juni 2023, 22:49 WIB
KH Ali Badri Pasuruan menjelaskan kedudukan Sayyid Ubaidillah leluhur keluarga baalawi yang jadi titik perdebatan nasab sekarang ini
KH Ali Badri Pasuruan menjelaskan kedudukan Sayyid Ubaidillah leluhur keluarga baalawi yang jadi titik perdebatan nasab sekarang ini /facebook/ali.azmatkhan.98/

Terlepas dari pembahasan yang "dianggap" belum tuntas dalam diskusi KH. Imamdudin, sampai saat ini saya sebagaimana yang lain hanya husnuzhon saja.

Keluarga Baalawi mengaku bahwa nasab itu mereka terima secara turun temurun, setidaknya nasab itu dikutip oleh Sayyid Ali bin Abu Bakar As-Sakran dalam kitab Al-Burqah aal Musyiqah, beliau adalah orang yang dikenal shaleh bahkan waliyullah, maka secara sosial, pengakuan ini tentu saja bisa diterima.

Mendustakan nasab orang itu adalah masalah serius karena bisa menyakiti perasaan dan menyebabkan fitnah, itu sebabnya semua madzhab fiqih sepakat memasukkan pendustaan nasab dalam bab qadzaf, sama dengan qadzaf zina yang hukumannya adalah dicambuk 80 kali.

Adapun kajian KH. Imamduddin, saya melihatnya hanya sebagai kajian ilmiah dengan standar ilmu riwayat, bukan standar penerimaan nasab secara sosial.

KH. Imaduddin hanya menakar kadar keshahihan nasab Sayyid Ubaidillah dengan standar ilmu riwayat, dari itu sayapun sudah mengakatan bahwa nama Abdullah tidak seshahih tiga nama yang lain daripada anak-anak Sayyid Ahmad bin Isa, namun tidak seshahih lainnya itu bukan berarti ditolak.

Baca Juga: Konflik Habaib dan Keluarga Walisongo (3): Faktor Cebong dan Kadrun Membuat Suhu Makin Panas

Hanya saja, saya memiliki beberapa catatan yang menyimpulkan bahwa keluarga Baalawi sering tasahul (menyepelekan) dalam hal riwayat, yaitu ketika menyanjung leluhur atau kelompoknya, hal itu terkadang menjadi bumerang bagi mereka sendiri.

Berikut beberapa catatan saya itu:

PERTAMA, tentang nama Abdullah menjadi Ubaidillah. Mereka menceritakan bahwa Sayyid Abdullah itu orangnya sangat tawadhu', saking tawadu'nya, beliau merasa masih belum pantas menyandang nama "Abdullah" (hamba Allah), beliaupun merubah sendiri nama itu menjadi "Ubaidillah" (hamba kecil Allah).

Cerita itu diriwayatkan sebagai fakta, padahal cerita itu hanya asumsi dari Sayyid Ali As-Sakran.

Halaman:

Editor: Amrullah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x