Biografi KH Minanurrohman dan Kisah Perjalanan KH Utsman Al Ishaqy dari Pegawai PLN Menjadi Mursyid Thoriqoh

29 April 2022, 22:31 WIB
Biografi KH Minanurrohman dan Kisah Perjalanan KH Utsman Al Ishaqy dari Pegawai PLN Menjadi Mursyid Thoriqoh /Tangkapan layar Facebook

BERITA BANTUL – Berita duka kepergian KH. Minanurrohman bin KH. Utsman Al Ishaqy membuat para muhibbin dan satrinya sangat kehilangan.

Untuk mengenang perjuangan ulama kharismatik dari Surabaya tersebut berikut ini adalah biografi singkat KH. Minanurrohman dan kisah perjuangan ayahandanya yakni KH. Utsman Al Ishaqy.

Minanur Rochman dilahirkan dalam satu keluarga yang memiliki status sosial yang tinggi, ia dilahirkan pada 30 Juni 1945 di Jombang kemudian pindah ke Surabaya, tempatnya di Jatipurwo.

Baca Juga: Innalillahi KH Minanurrohman Al Ishaqy Pengasuh Pon Pes Roudhotul Muta'allimin Surabaya Meninggal Dunia

Ia putra dari KH.  Usman Al-Ishaqi yang meneruskan Pondok Pesantren Roudlotul  Muta’allimin. Sebelum pindah ke Surabaya.

Ia sering berpindah-pindah pondok, seperti dari Pondok Pasuruan, Kediri, Pare, Lirboyo, dan terakhir di Sarang, Jawa Tengah.

Minanurrohman saat masih di pondok sudah menunjukkan kealimannya, Gurunya sering melihat KH. Minanurrohman mengigau membaca pelajaran ilmu nahwu.

Baca Juga: Biografi KH Minanurrohman Al Ishaqy Pengasuh Pon Pes Roudlotul Muta’allimin Jatipurwo Surabaya

Minanurrohman mendapatkan Amanah menerukan Pondok Pesantren oleh ayahandanya KH. Utsman Al Ishaqy karena, ia merupakan orang yang patuh untuk memegang tanggung jawab mengenai wacana, khususnya ittiba’ (mengikuti).

KH Utsman al-Ishaqy: Pernah Jadi Pegawai PLN, Sampai Jadi Mursyid Thoriqoh

KH Utsman Al Ishaqy, Mursyid yang Tawadhu’ dan sederhana. Meski dirinya sudah masyhur sebagai kyai ternama, murid dari Mbah Khozin Buduran, Mbah Munir Jambu Madura, Mbah Kholil Bangkalan, Mbah Hasyim Asy’ari dan Mbah Romli Tamim, yang sejak usia mudanya sudah menjadi singa podium, hidup Kyai Utsman al-Ishaqi tidak semudah dan senyaman yang kita bayangkan.

Baca Juga: Dahsyatnya Karomah Ayahanda KH Minanurrohman, KH Utsman Al Ishaqy Berhasil Menaklukkan Kampung Preman

Pernah beliau bekerja di PLN di Surabaya selama 5/7 bulan tak digaji sedikitpun. Begitupun saat mengajar di Tasywirul Afkar, bentukan Mbah Wahab Hasbullah, selama beberapa bulan tak digaji. “Namanya saja baru berdiri, itung-itung dalam masa percobaan,” jawab Mbah Wahab. Tidak ada keluhan sedikitpun dari Kyai Utsman

Pada akhirnya beliau diminta oleh gurunya untuk fokus mengajar. Proses pertama mengajarnya Mbah Utsman dimulai dari mengajar anak-anak kecil dari masyarakat sekitar Jatipurwo dan menempati sebuah mushalla di kampung Sawahpulo yang bersebelahan dengan kampung Jatipurwo.

Baca Juga: Tirakat Kiai Utsman Al-Ishaqy Surabaya Dalam Menanamkan Nilai Islam kepada Umat

Model pengajaran pertama beliau adalah dengan mengajak anak-anak didiknya berkeliling kampung dengan bacaan-bacaan ayat suci Al-Quran, doa-doa dan bacaan Shalawat (Burdah).

Setelah berkeliling, barulah berkumpul di mushalla dan memulai pelajaran mengajinya

Karena banyaknya anak-anak yang mengaji, akhirnya masyarakat sekitar bermusyawarah agar Mbah Utsman mendapatkan tempat yang lebih layak dalam menjalani praktek ajar-mengajar.

Baca Juga: Biografi Ilmiah Kiai Utsman Al-Ishaqy Surabaya yang Dahsyat

Keputusan musyawarah adalah dengan memindahkan mushalla yang tidak terpakai dan berukuran agak besar di kampung Jatisrono, kampung sebelah utara dari kampung Jatipurwo

Seiring berkembangnya waktu, ada banyak tamu dari luar kota yang sering menginap di mushalla tersebut dan disinyalir merupakan kyai-kyai sepuh termasuk diantaranya Mbah Zubeir Sarang, Mbah Wahab Hasbullah, Mbah Dimyathi Termas hingga sang gurunya sendiri yaitu Mbah Romli.

Hal yang demikian mengetuk hati salah satu pengusaha keturunan Arab menyumbangkan kayu dan beberapa kebutuhan untuk membangun 4 ghota’an (kamar-kamar yang dibangun sejajar) di sebelah timur mushalla, persis di depan kediaman Mbah Utsman.

Baca Juga: Kisah Seorang Wanita yang Membaca Qulhu 12.000 Kali di Bulan Rajab, Jasadnya Diangkat Allah SWT

Di kemudian hari, dari 4 ghota’an inilah akhirnya menarik perhatian orang yang ingin memasrahkan anaknya untuk dididik Mbah Utsman.

Terutama dari Pulau Bawean yang perjalanannya ditempuh selama 3 hari 3 malam dengan menggunakan perahu kayuh

Di saat mengajar anak-anak kecil itu Mbah Utsman sering mendapatkan teror dari orang-orang yang tidak berkenan terhadap praktek mengajar ngaji yang dijalani beliau hingga pada ancaman pembunuhan.

Beberapa kali Mbah Utsman dikalungi celurit. Maklum, karena Jatipurwo dari sejak jaman penjajahan dulunya merupakan tempat bersarangnya lokalisasi PSK, sarang pemabuk, sarang judi.

Baca Juga: Kisah Setan Gemuk dan Setan Kurus, Dahsyatnya Bacaan Basmalah Mampu Menembus Antar Dimensi

Pernah suatu ketika para santri Jatipurwo diboyong ke Rejoso Jombang karena situasi politik Indonesia yang tidak stabil, yakni maraknya kerusuhan-kerusuhan yang didalangi partai PKI.

Mbah Utsman pun turut memboyong semua anggota keluarganya ke Jombang. Konon Mbah Utsman tinggal di desa sebelah barat yang bersebelahan dengan Rejoso dan para santrinya tinggal di pesantren sang guru, di Pondok Pesantren Darul Ulum Rejoso Jombang

Saat di Jombang itulah, disamping mengajar para santri, rutinitas beliau dalam menafkahi keluarga dengan berjualan tembakau. Jangan dikira dari jualan tembakau itu beliau meraup untung banyak, laku pun tidak.

Baca Juga: Kisah Gus Mus tentang Dahsyatnya Tafsir Al-Ibriz yang Ditulis KH Bisri Mustofa Rembang

Malah dalam situasi seperti ini yang sangat merasakan untungnya adalah santri-santri Pondok Darul Ulum (teman Mbah Utsman) karena dapat tembakau geratis.

Namun sekali lagi hal itu tetap dijalani dan dihadapinya dengan sabar dan tawakkal. Sampai akhirnya kembali ke Jatipurwo Surabaya saat situasi sudah aman

Dari mushalla kecil dan 4 ghota’an itulah cikal-bakal berdirinya Pondok Pesantren Darul Ubudiyyah Raudhatul Muta’allimin Jatipurwo, Semampir, Surabaya.

Baca Juga: Gus Dur Dibentak Istri Protokol Istana, Kisah Lucu dan Menggemaskan

Dan sampai sekarang pesantren tersebut tetap eksis menampung dan mendidik para santri. Dengan pengasuh salah satu putra Mbah Utsman, yakni KH. Ahmad Minanurrahman bin M. Utsman al-Ishaqi.

Hadhratus Syaikh KH. M. Utsman al-Ishaqi wafat pada tahun 1984 M. Demikian semoga bermanfaat. ***

Editor: Ahmad Lailatus Sibyan

Tags

Terkini

Terpopuler