Kisah Al-Hallaj saat Proses Eksekusi Hukuman Mati, Masih Sempat-Sempatnya Menasihati Orang tentang Cinta

- 9 Juni 2022, 19:05 WIB
Ilustrasi eksekusi Al-Hallaj
Ilustrasi eksekusi Al-Hallaj /wikipedia/Amir Khosrow/

BERITA BANTUL – Di antara sekian banyak sufi atau mistikus Islam, Al-Hallaj adalah salah satunya yang kontroversial. Dia wafat karena dijatuhi hukuman mati.

Akan tetapi, ajaran banyak juga diikuti oleh para muridnya dan generasi setelahnya. Ajaran wahdatul wujud pun masih dipelajari sampai sekarang meskipun pengamalannya sangat jarang.

Meski Al-Hallaj adalah seorang kontroversial, namun sejatinya dia adalah seorang yang saleh dan dikenang sebagai wali yang mabuk cinta Allah. Hanya saja, ucapannya “Ana Al-Haqq” membawanya pada hukuman mati.

Baca Juga: Begal Lari Terbirit-birit Mendengar Nama Syaikhona Kholil bangkalan, Ternyata Ini yang Terjadi

Dikutip dari buku berjudul Hikayat Auliya’ (Qaf, 2020) karya Syekh Muhammad Abu Al-Yusr Abidin, dikisahkan proses eksekusi Al-Hallaj.

Ketika Al-Hallaj dihadirkan untuk dijatuhi hukuman mati, tangan kanannya dipotong. Akan tetapi, dia malah tertawa. Tangan kirinya pun dipotong dan dia juga tertawa lebar.

Selanjutnya, dia mengangkat kepalanya ke langit dan berkata, “Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku ini orang asing di tengah hamba-hamba-Mu. Mengingat-Mu lebih asing bagiku. Sesama orang asing itu sangat akrab.”

Baca Juga: Pelajaran dari Seekor Anjing, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani: Anjing Itu Patuh pada Tuannya

Selanjutnya, seseorang memanggilnya, “Wahai Guru, apa itu cinta?”

Al-Hallaj menjawab, “Cinta itu luarnya seperti yang engkau lihat dan dalamnya sulit dilihat manusia.”

Seperti itulah proses eksekusi Al-Hallaj dalam hukumannya. Ketika ajal hampir tiba, dia masih sempat-sempatnya menasihati seseorang tentang cinta.

Konsep cinta dalam tasawuf Al-Hallaj adalah peleburan diri hamba. Dengan begitu, dialah salah seorang sufi yang mengamalkan praktik peleburan tersebut.

Baca Juga: Jika Ada Ular yang Masuk Rumah, Begini Doa untuk Mengusirnya

Anehnya, ketika tangan kanannya dipotong, dia justru tertawa. Selanjutnya juga tertawa ketika giliran tangan kirinya dipotong.

Seolah dia tidak merasakan kesakitan karena dadanya sesak oleh cinta-Nya dan kerinduan bertemu dengan-Nya. Justru kematian adalah kebebasannya dari raga yang lemah menuju Al-Haqq.***

 

Editor: Joko W


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x