Dialog Batin KH Abdullah Sa'ad dengan Habib Luthfi bin Yahya

- 18 Juni 2022, 08:56 WIB
Dialog Batin KH Abdullah Sa'ad dengan Habib Luthfi bin Yahya
Dialog Batin KH Abdullah Sa'ad dengan Habib Luthfi bin Yahya /facebook/udin/

BERITA BANTUL - Maulana Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan selalu punya hubungan batin yang khusus dengan para muridnya, seperti KH Abdullah Sa'ad Karanganyar. 

Gus Dullah, sapannya, adalah murid kinasih Habib Luthfi yang sering menggantikan ngaji di berbagai acara maulid dan lainnya. 

Murid yang punya hubungan dialog batin dengan gurunya, bahkan sampai ketika ajal jelang datang kepadanya.

Baca Juga: 95 Ulama Jadi Guru Habib Luthfi, Salah Satunya Habib Ahmad Tempel Yogyakarta

Kisah menggetarkan dialog ruhani antara Gus Dullah dan Habib Luthfi terekam sangat menyentuh dan mendebarkan. 

Kisahnya terkait dengan rencana Gus Dullah yang akan menjalankan ibadah umroh yang kemudian mengatakannya kepada Habib Luthfi.

"Suatu hari saya mendapat kabar gembira dari seorang sahabat yang kaya. Beliau ingin memberikan hadiah, yaitu mengumrohkan saya. Mendengar kabar itu, hati saya telah terbetik niat umroh dan berziarah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam," kisah Gus Dullah.

Baca Juga: Setelah Bermimpi Rasulullah, Ulama Dunia Ini Rasakan Langsung Karomah Habib Luthfi

Beberapa waktu setelah kabar bahagia itu, Gus Dullah berkesempatan sowan kepada Habib Luthfi bin Yahya.

"Saya ditemani pula oleh seorang akademisi dari UNS (Universitas Sebelas Maret Surakarta), Prof. Dr. Mohamad Harisudin Mahfud, salah seorang teman perjuangan dalam memulai dakwah di kota Solo. Saya biasa memanggil beliau, Dr. Haris," katanya.

Di tengah-tengah pertemuan itu, Dr. Harisuddin berkata, "Abah, bade nyuwun doa pangestu nderekkaken Gus Dullah umroh (Abah, saya minta doa restu untuk menemani Gus Dullah umroh)."

Tiba-tiba wajah Habib Luthfi berubah menjadi serius dan seolah-olah ada sesuatu yang mengganjal.

Baca Juga: Kuasai 27 Bahasa Asing, Ayahanda Habib Luthfi Juga Hafal Qur'an Qiroah Sab'ah

Habib Luthfi berkata, "Sopo seng arep umroh? (Siapa yang akan umroh?)".

Dr. Haris menjawab, "Gus Dullah," kemudian melanjutkan, "Kulo niat ngrencangi, Bah (Saya berniat menemani, Abah)."

Habib Luthfi menatap wajah Gus Dullah dan berkata, "Sampeyan mpun nate umroh dereng? (Kamu pernah umroh atau belum?)."

Gus Dullah menjawab, "Sampun, Bah (Sudah, Bah)."

Habib Muhammad Luthfi bin Yahya berkata, "Kulo niku (saya ini) Iho sering tawajjuh dateng (kepada) Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam untuk minta diperkenankan berziarah ke Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam, namun sampai saat ini belum mendapatkan ijin."

Baca Juga: Bertemu Rasulullah, Ulama Besar Suriah Saksikan Kewalian Habib Luthfi bin Yahya Pekalongan

Mendengar nasihat Habib Luthfi itu tiba-tiba hati Gus Dullah bergejolak.

Dalam batinnya, ia berkata , "Niku 'kan panjenengan, Bah. Lha menawi kulo niki kakehan doso, betah ziaroh dateng Kanjeng Nabi shallallahu 'alaihi wasalam (Itu 'kan Abah. Lha saya dosanya banyak, perlu berziarah kepada Kanjeng Nabi shallallahu 'alaihi wasalam)."

Gus Dullah teringat firman Allah swt. sebagai berikut:

وَمَآ اَرْسَلْنَا مِنْ رَّسُوْلٍ اِلَّا لِيُطَاعَ بِاِذْنِ اللّٰهِ ۗوَلَوْ اَنَّهُمْ اِذْ ظَّلَمُوْٓا اَنْفُسَهُمْ جَاۤءُوْكَ فَاسْتَغْفَرُوا اللّٰهَ وَاسْتَغْفَرَ لَهُمُ الرَّسُوْلُ لَوَجَدُوا اللّٰهَ تَوَّابًا رَّحِيْمًا

"Kami tidak mengutus seorang rasul pun, kecuali untuk ditaati dengan izin Allah. Seandainya mereka (orang-orang munafik) setelah menzalimi dirinya datang kepadamu (Nabi Muhammad), lalu memohon ampunan kepada Allah, dan Rasul pun memohonkan ampunan untuk mereka, niscaya mereka mendapati Allah Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang."(An-Nisā' [4]:64)

Baca Juga: Ingin Menjadikan Anak Orang Hebat dan Berkah? Habib Luthfi bin Yahya Bongkar Resep Rahasianya

Bagi Gus Dullah, ayat itu dengan jelas memerintahkan bahwa bagi seseorang yang telah berbuat zalim kepada dirinya, terlebih yang memiliki banyak dosa, untuk mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam, baik saat hidup dan wafatnya untuk dimohonkan kepada Allah swt. ampunan atas dosa-dosanya.

Hal itu dikarenakan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam dapat memohonkan ampunan atas umatnya, baik saat masih hidup dan wafatnya.

Saat hati Gus Dullah dipenuhi gejolak pertanyaan, Habib Muhammad Luthfi bin Yahya melanjutkan nasihatnya yang seolah-olah memberikan jawaban atas kegelisahan batin ini.

Baca Juga: TERBONGKAR Identitasnya, Ayahanda Habib Luthfi Tiba-tiba Menghilang, Kisahnya Mendebarkan

"Kowe yen pengin mbungahke Kanjeng Nabi, ora kudu mora-moro mora-moro, tapi suksesno visi lan misine Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam, tugas dakwahe. Endi kene gowo merene duite, dinggo maulid wae, ben tambah akeh seng tresno Rasulullah Saw, tambah kuat imane. Kuwi carane mbungahke Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam."

(Kalau kamu ingin menyenangkan hati Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam, tidak harus berulang-kali pergi berziarah kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam, tapi sukseskan visi dan misi Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam, tugas dakwahnya. Mana, bawa sini uangnya, dipakai maulid saja, biar tambah banyak cinta Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam, tambah imannya. Itu caranya menyenangkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasalam)."

Mendengar hal itu, batin Gus Dullah kembali bergejolak.

"Lha niku njenengan ingkang dakwahe saestu. Dakwah kulo ingkang mboten pati genah niki, pripun? (Lha, itu kan dakwah Abah yang sungguh-sungguh. Bagaimana dengan dakwah saya yang belum sungguh-sungguh ini?)"

Baca Juga: Kyai Kudus Bergetar Saksikan Karomah Habib Luthfi, Tidak Punya Uang Diperintahkan Naik Haji

Saat hati Gus Dullah terus bergejolak, sekali lagi Maulana al Mursyid al-Habib Muhammad Luthfi bin Yahya meredakan kegelisahan itu dengan berkata.

"Dullah awakmu iku lagi wae berjuang, coro gawe pondok akeh seng nyengkuyung. Cobo piye perasaan jamaah seng wes bantu iku, yen awakmu bolak-balik umroh. Isoh jogo po ra?"

(Dullah, kamu itu sedang berjuang, membangun pondok pesantren banyak yang membantu. Coba kamu memahami perasaan jamaah yang telah membantumu, jika kamu berulang-kali pergi umroh. Bisa jaga perasaan mereka apa tidak?)"

Setelah mendengarnya, batin Gus Dullah terdiam. Gejolak batin itu tiba-tiba pergi dengan menerima seutuhnya pandangan batin guru.

Baca Juga: Habib Luthfi Datang, Kambing Langsung Tunduk dan Mendekat untuk Disembelih

Sungguh jeli Habib Luthfi memandang kebatinan para jamaah yang mendukung perjalanan dakwah ini.

Habib Luthfi menyadarkan Gus Dullah tentang sebuah pelajaran dakwah yang terlewat untuk menangkapnya.

Setelah selesai sowan Habib Muhammad Luthfi bin Yahya, Gus Dullah mengaku segera pulang ke rumah untuk mengabarkan dawuh di atas.

Seperti Gus Dullah, ibundanya pun kaget mendengar keputusan Habib Luthfi yang cukup aneh di atas.

Ibunda Gus Dullah bertanya-tanya, "Mosok umroh kok ora oleh? (Umroh kok tidak boleh?)"

Pertanyaan yang terucap bukan karena su'ul adab, tetapi dari kewajaran akal pikiran manusia.

Baca Juga: Sudah Bersembunyi di Atas Bukit, Kewalian Guru Cantung Masih Tertangkap Radar Habib Luthfi

Maka, untuk menjawab pertanyaan itu, ibunda Gus Dullah melakukan istikharah. Sang ibu memang ahli istikharah, termasuk sebagian besar keputusan penting hidup putranya terlebih dalam urusan dakwah diputuskan melalui istikharah sang ibu.

Dalam istikharahnya, ibu bertanya kepada Allah swt. "Ya Allah, bagaimana jika anak saya, Dullah, memaksakan diri untuk pergi umroh dan berziarah kepada Kanjeng Nabi Saw?"

Allah swt memberikan jawaban melalui mimpi. Dalam mimpinya, ibunda Gus Dullah dikerumuni oleh ribuan kecoak.

Setelah itu, sang ibu menceritakan mimpinya kepada Gus Dullah.

"Nang, jangan umroh sek. Ngimpiku elek (Nak, jangan umroh dulu. Mimpi ibu jelek)."

Baca Juga: Kisah Kewalian Mbah Malik Purwokerto Diungkap Habib Luthfi Bin Yahya

Sang Ibu menjelaskan bahwa isyarat dari Allah swt. berupa dikerumuni ribuan kecoak merupakan petunjuk bahwa niat umroh dan ziarah untuk saat ini adalah jelek.

Sang Ibu pun semakin yakin dengan kebeningan mata batin Habib Muhammad Luthfi bin Yahya.

Kisah tersebut dikutip dari cerita KH. Abdullah Sa'ad Ahmadi dalam bukunya, Tahu Menceng, 2017.***

Editor: Muhammadun


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah