Beijing Siaga Pasukan Nuklir Gara-gara Amerika Ikut Campur di Taiwan

- 12 April 2022, 14:39 WIB
Beijing Siaga Pasukan Nuklir Gara-gara Amerika Ikut Campur di Taiwan
Beijing Siaga Pasukan Nuklir Gara-gara Amerika Ikut Campur di Taiwan /Defence Security Asia/

BERITA BANTUL - Krisis Ukraina masih akut, kini Taiwan jadi titik klaim dan konflik antara China dan Amerika Serikat. 

China klaim bahwa Taiwan adalah bagian dari teritorialnya, berangkat dari jangkar sejarah geografis China di masa silam. 

Karena itu, Beijing siagakan nuklirnya, modernisasi alutsista, dan siap jadi militer berpengaruh dunia.

Baca Juga: Militer Beijing Siaga Kuasai Natuna, Mampukah Monster Laut Indonesia Melawan China?

 

Sejak lama China telah mengklaim Taiwan sebagai provinsi yang membangkang dan mengancam akan menyerang untuk mencegah kemerdekaannya.

Pada Maret 2022 lalu, China memperingatkan AS agar tidak mencoba membangun apa yang disebutnya NATO versi Pasifik.

Beijing menyatakan bahwa bahwa perselisihan keamanan antara Taiwan dan Ukraina "tidak sebanding sama sekali", seperti dikutip dari Bloomberg.

Baru-baru ini, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Zhao Lijian menegaskan tidak ada negara yang berhak ikut campur di Taiwan.

Baca Juga: Ekspansi Nuklir China Hebohkan Dunia, Amerika Tidak Mau Hegemoninya Disaingi

"Tekad dan keinginan rakyat China untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas teritorial kami tidak tergoyahkan," kata Zhao Lijian, Kamis, 6 April 2022.

China Siagakan Nuklir

 

Dikutip dari Wall Street Journal, China mempercepat upaya untuk memperluas sektor persenjataan nuklir karena khawatir akan jenis ancaman yang mungkin dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS).

Menurutnya, Beijing telah membuat keputusan strategis untuk memperkuat pencegahan nuklir negara itu jauh sebelum eskalasi saat ini di Ukraina.

Namun, konflik di daratan Eropa serta retorika yang semakin konfrontatif antara China dan AS atas Taiwan, membuat keputusan mempercepat peningkatan senjata nuklir Beijing digencarkan.

Baca Juga: TRAGIS Dikabarkan Bunuh Rakyat Sendiri, Ukraina Main Mata Fitnah Rusia Lakukan Kejahatan Perang

"Bekerja dengan berbagai lembaga yang terlibat dalam masalah keamanan di China, tetapi tidak ada yang terlibat langsung dalam pengaturan kebijakan nuklir," kata sumber anonim yang dilaporkan oleh Wall Street Journal pada Sabtu, 9 April 2022.

Sebagai bukti lebih lanjut dari klaim sumber tersebut, laporan tersebut mengutip citra satelit lebih dari 100 silo rudal yang dicurigai di salah satu wilayah barat China, di mana peningkatan aktivitas telah terdeteksi.

Wall Street Journal menduga bahwa fasilitas yang terdeteksi tersebut mampu menampung rudal jarak jauh DF-41 baru China, yang mulai beroperasi pada 2020.

Rudal jenis ini mampu membawa hulu ledak nuklir dan mampu mencapai daratan AS, menurut Wall Street Journal.

Baca Juga: Perang Terbuka Rusia-Amerika di Depan Mata, Senjata Nuklir Jadi Penyebabnya

Sementara itu, China menduga bahwa "permainan" akhir AS adalah penggulingan Partai Komunis China, dan bahwa Amerika mungkin bersedia mengambil risiko besar untuk menghentikan kebangkitan China.

Selain itu, Beijing dilaporkan khawatir AS dapat mengerahkan senjata nuklirnya jika konflik militer pecah di Taiwan.

Sebuah sumber anonim mengatakan kepada Wall Street Journal bahwa Bijing menganggap persenjataan nuklir mereka yang sekarang terlalu usang untuk "beradu" dengan serangan nuklir Amerika.

"Kemampuan nuklir China yang lebih rendah hanya dapat menyebabkan peningkatan tekanan AS terhadap China," kata sumber anonim yang mengaku orang dalam pemerintahan China kepada wartawan Amerika.

Baca Juga: 144 Triliun Cadangan Gas Bumi di Natuna, China Siapkan Strategi Merebutnya dari Indonesia

Laporan ini mengasumsikan bahwa Beijing tidak berniat untuk mengembangkan kemampuan senjata nuklirnya melebihi apa yang diperlukan untuk memastikan kepentingan keamanan negara itu.

Selain itu, China mengaku tetap berkomitmen untuk tidak menggunakan senjata nuklir terlebih dahulu.

Amerika Serikat Siap Jatuhkan Sanksi

Menteri Keuangan AS, Janet Yellen mengatakan Amerika Serikat siap menjatuhkan sanksi ekonomi ke China jika berani menyerang atau bergerak agresif ke Taiwan, wilayah yang memerintah secara demokratis.

Janet Yellen juga mengatakan AS akan menjatuhkan sanksi ke China jika bersedia membantu Rusia dalam invasi di Ukraina.

Baca Juga: 'Hanya Ada Satu Kata: Lawan!', Puisi Wiji Thukul yang Tak Lekang Saat Demonstrasi

Hal itu disampaikan setelah ditanya anggota kongres AS apakah Departemen Keuangan bersedia menjatuhkan sanksi ke China seperti halnya Beijing membantu Rusia.

"Saya yakin kami telah menunjukkan bahwa kami bisa dalam kasus Rusia," kata Janet Yellen, dikutip dari PBS.org, Sabtu, 9 April 2022.

"Saya pikir Anda tidak perlu meragukan kemampuan kami untuk memutuskan melakukan hal yang sama dalam situasi lain," kata dia mengacu ke China.***

Editor: Muhammadun

Sumber: Bloomberg Wall Street Journal Pbs.org


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x