Kepemimpinan Gus Dur yang bersih itu, lanjut Mahfud, bisa tidak jatuh asalkan Gus Dur mau kompromi saat itu.
"Gus Dur itu kalau mau, waktu itu tidak jatuh sebagai Presiden, itu gampang saja. Kalau Gus Dur mau, kedudukannya sebagai presiden itu bertahan, asal mau kompromi dengan kezaliman, berkompromi melanggar konstitusi, Gus Dur bisa bertahan," kata Mahfud.
Mahfud mengaku, saat itu dirinya adalah juru lobi politik Gus Dur.
"Pada waktu itu, saya juru lobinya. Dengan kekuatan politik lain itu saya bicara, lalu partai itu bilang, sudahlah, Gus Dur itu tidak akan dijatuhkan asal menteri ini kasihkan ini, kasihkan ini, dan macam-macam," kata Mahfud.
Baca Juga: Hati-hati Jangan Pernah Menghina Gus Dur, Seluruh Wali di Bumi Kenal dengan Gus Dur
Mahfud kemudian menyampaikan apa yang diterima dari para partai politik saat itu.
"Ketika saya sampaikan pada Gus Dur, beliau bilang, 'saya tidak mau melanggar konstitusi, saya lebih baik jatuh dari Presiden daripada saya melanggar konstitusi dengan didekte oleh partai-partai untuk menentukan menteri'," lanjut Mahfud.
Mahfud menegaskan, jabatan menteri-menteri itu adalah urusan Presiden, hak prerogratif Presiden.
"Itulah sikap Gus Dur, sehingga Gus Dur tepat kalau digambarkan sebagaimana dalam barzanji itu. Gus Dur kalau memimpin itu tegas. Tapi sikapnya kepada rakyat biasa, ya mengayomi, tidak jaim. Itu yang dilakukan Gus Dur," tuturnya.
Baca Juga: Mobil Gus Dur Dikejar Polisi Orde Baru, yang Terjadi Tak Terduga, KAGET BENERAN!