Dalam analisisnya, Fina menegaskan bahwa penelitiannya ini menganalisis shalawat mubadalah menggunakan analisis wacana kritis.
"Shalawat mubadalah diciptakan oleh Faqihuddin Abdul Kodir untuk membumikan kesadaran kesalingan dalam rumah tangga," katanya.
Menurutnya, ada tiga dimensi yang menarik untuk dibahas, yaitu: 1) dimensi teks bahasa sebagai piranti linguistik yang di dalamnya tersembunyi ideologi dan kekuasaan, 2) dimensi praksis wacana sebagai interpretasi teks dan interpretasi konteks, 3) dimensi praksis sosiokultural di mana wacana ditentukan oleh proses sosial dan praktis sosial.
"Sebagai sebuah ide yang jarang digunakan oleh pemikir muslim lainnya, Shalawat Mubadalah hadir dalam masyarakat yang masih berkubang dalam tradisi, budaya, dan pemahaman keagamaan yang didominasi oleh ‘hegemoni’ patriarki," tegasnya.
Shalawat Mubadalah, lanjutnya, berupaya memposisikan diri sebagai agen untuk membebaskan manusia dari pakem relasi subjek-objek dalam rumah tangga menjadi relasi subjek-subjek.
Fina Ulya lahir di Klaten, Jawa Tengah. Pendidikan S1 diselesaikan di program Aqidah dan Filsafat UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sementara S2 diselesaikan di kampus yang sama pada Pendidikan Agama dan Filsafat Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Ia berminat pada kajian keislaman, Gender, Isu lingkungan. Di antara karyanya adalah “Shift: Identitas, Spiritualitas dan Lifestyle Generasi Millenial”, “Poster: Media Dakwah Pemuda Hijrah”, “Hijrah Ekonomi Komunitas X Bank”.***