Konflik Umat Islam dalam Pandangan Muhammad Abduh, Begini Sekilas Uraiannya

30 Agustus 2022, 21:12 WIB
/Pixabay/Harmony412

BERITA BANTUL – Konflik umat Islam dalam pandangan Muhammad Abduh, begini sekilas uraiannya.

Konflik, perseteruan, fitnah, saling menghasut, bahkan perang antarkaum muslimin masih terus terjadi di banyak tempat.

Lebih dari sekadar konflik, malahan perang bersenjata juga masih berlangsung.

Hal yang sangat disesalkan adalah mereka yang berseteru itu menggunakan agama bagi pembenaran atas tindakannya.

Baca Juga: Bagaimana Hukum Musik dalam Islam? Inilah Uraian yang Sederhana perihal Musik

Konon, agama menjadi alat paling efektif untuk menarik emosi masyarakat untuk mendukung maupun menolak suatu gerakan.

Sungguh tidak bisa dimengerti jika agama, apa pun agama itu, membenarkan fitnah, kebohongan, caci maki, buruk sangka, aniaya, apalagi pembunuhan.

Agama hadir untuk mempersaudarakan, mendamaikan, dan menjalin hubungan kasih sayang.

Perang dalam Islam dibenarkan hanya dalam rangka membela atau mempertahankan diri manakala diserang. Islam tidak pernah memulai atau menginisiasi perang.

"Jangan pernah berharap bertemu musuh!" "Jangan saling menghina, menganiaya!"

Baca Juga: Kisah Anas bin Malik, sang Pelayan Rasulullah, yang berhadapan dengan Al Hajjaj bin Yusuf, sang Gubernur Zalim

Menarik sekali analisis Muhammad Abduh dalam diskusinya dengan Farah Anton. Abduh mengatakan berikut ini.

Tidak ada informasi yang pasti bahwa telah terjadi perang antara kaum Salafi, Asy’ariah, dan Mu’tazilah, meski di antara mereka terdapat perbedaan teologis yang tajam.

Memang benar kita memeroleh informasi tentang perang yang dikenal dengan “Hurub Al Khawarij”, (pemberontakan atau perang-perang khawarij), seperti juga peristiwa gerakan ‘Qaramithah” (Karamit), dan lain-lain.

Akan tetapi, perang-perang seperti ini sejatinya tidak dipicu oleh perbedaan-perbedaan teologis, tetapi dikobarkan oleh kepentingan-kepentingan politik kekuasaan dalam rangka penguasaan atas rakyat.

Baca Juga: Kisah Ibrahim bin Adham dan Persahabatannya dengan Sahl Al Tustari; Potret Keluhuran Akhlak yang Terpuji

Perang antarkaum muslimin juga terjadi dalam beberapa tahun terakhir ini yang seakan-akan (tampaknya) berlatar belakang teologis.

Misalnya, perang antara Iran dan dinasti Ottoman dan kaum Wahabi. Akan tetapi, peneliti yang serius akan mudah menemukan bahwa semua perang tersebut adalah perebutan kekuasaan politik.

Ini berbeda dengan konflik dan kekerasan yang terjadi dalam internal Dinasti Abbasiyah.

Kekerasan, pembunuhan, dan sejenisnya yang kemudian melumpuhkan umat Islam itu lebih dilatarbelakangi oleh ambisi para oknum penguasa dan karena hasrat-hasrat rendah para pejabat pemerintahan.

Baca Juga: Umat Islam Sering Berkonflik dan Bertengkar, Begini Sebabnya Menurut Abdullah bin Abbas

Akan tetapi, penyakit terbesar yang merasuk dalam tubuh, akal, dan semangat kaum muslimin adalah masuknya ‘orang-orang bodoh’ dalam pemerintahan.

Al-Jahalah’ (orang-orang bodoh) tersebut adalah mereka yang berhati kasar dan sangat arogan.

Mereka tidak memahami Islam dengan benar dan keimanan mereka semu serta tak mendalam.

Begitulah pandangan Muhammad Abduh perihal konflik yang terjadi antara kaum muslimin.

Baca Juga: Pendapat Ibn Rusyd tentang Keutamaan Perempuan yang Dikutipnya dari Plato

Tulisan ini dilansir dari status Husein Muhammad di akun Facebook pribadinya pada 29 Desember 2018.***

Editor: Joko W

Sumber: Facebook

Tags

Terkini

Terpopuler