Demikian yang dikatakan KH Cholil Nawawie kepada Ra Dulla saat itu.
Mendengar dawuh tersebut Ra Dulla langsung kaget. Namun dengan sikap tawaduk beliau hanya tersenyum mendengar dawuh gurunya, akan tetapi dalam lubuk hatinya timbul keinginan dan tekad yang kuat untuk mewujudkan dawuh sang guru kepadanya.
Seperti pada santri umumnya Ra Dulla sempat merasa tidak kerasan mondok di Sidogiri.
Pada awal-awal beliau mondok beliau sempat pamitan kepada KH. Cholil Nawawie untuk boyang dari pondok akan tetapi sang guru dawuh, “Tunggu empat tahun lagi”.
Sebagai seorang santri yang takdim kepada sang guru maka beliau mau tidak mau tetap menjalani perintah sang guru walau dengan perasaan yang berat.
Setelah beliau menjalani hari demi hari, Ra Dullah akhirnya kerasan juga berada di Sidogiri.
Ra Dulla pulang setiap satu tahun satu kali, bahkan pernah beliau tidak pernah pulang sampai empat tahun dan pulang hanya sekali ke Demangan.
Ra Dulla pulang jarang pulang ke Demangan di karena Ibu Nyai Romlah ibunda dari Ra Dulla suka marah apabila Ra Dulla pulang.
Ra Dulla mempunyai hobby bermain bola, sesampainya di pesantren pun tidak menghentikannya dalam kegemarannya itu.