Pada titik ini, katanya, sangat mendesak untuk membaca kebudayaan di tanah ini dengan pawidyan (epistemologi) pribumi. Bukan pawidyan kamilondonan dan kamiaraban.
"Jeneng 'Kategan' berasal dari bahasa kawi. Kategan berarti: telah meninggalkan keduniaan (wis ninggal kadonyan)," tegasnya.
Selain makna itu, katanya, Kategan juga berarti orang yang tapa (suluk)nya telah menyempurna (kasutapan).
"Ada satu makna tingkat lanjut dari jeneng 'Kategan' ini. Bahwa ia mendalilkan perihal sang pemilik jeneng sebagai seorang ulama (pandhita) pemegang ijazah untuk mengajarkan dan menjaga keberlangsungan penerapan alam-pikiran triloka/trimina/tribhuwana/tripandurat dalam perjalanan sejarah," kata dosen yang mendalami jejak-jejak makam di Yogyakarta dan sekitarnya ini.
Baca Juga: Bukti Karomah dan Kesaktian Gus Dur, bagi yang Merasakan Langsung Terkagum-kagum
Keterangan Yaser Muhammad Arafat itu dikutip dari catatan facebook pribadinya yang diunggah pada 21 Agustus 2020.***