"Memang kelangkaan crude oil karena perang Ukraina dengan Rusia, kemudian kelangkaan juga sekarang sun flower karena tidak ekspor dan impor dari Ukraina dan sanksi (kepada Rusia) itu tadi membuat ini bermasalah," katanya.
Luhut mengatakan Indonesia masih beruntung tidak terdampak terlalu besar akibat konflik Rusia-Ukraina, karena mampu mengelola ekonomi dengan lebih baik.
Baca Juga: PBNU Tetapkan 1 Ramadhan 2022 Jatuh Pada Minggu 3 April 2022
Namun, ia menyatakan pemerintah harus menentukan pilihan untuk menaikkan harga Pertamax lantaran harga minyak dunia dalam APBN sudah tidak terbendung lagi dengan harga minyak di lapangan.
"Karena kalau tidak (naikkan) harga asumsi crude oil 63 dolar AS di APBN, sekarang ini sudah 98 atau 100 dolar AS. Kalau ditahan terus, jebol nanti Pertamina. Jadi terpaksa kita harus lepas," tuturnya.
Dikutip Pikiran-Rakyat.com dari Antara, Luhut memastikan pemerintah akan berupaya untuk bisa menekan harga BBM nasional dengan dua upaya. Pertama, dengan memanfaatkan penggunaan mobil listrik untuk mengefisiensikan penggunaan BBM.
"Jadi nanti mobil listrik ini kita dorong karena itu juga menghemat penggunaan fuel (BBM) ke depan," katanya.
Kedua, langkah efisiensi lain yang dilakukan yaitu dengan pengembangan lumbung pangan (food estate). Luhut mengatakan jika Indonesia memiliki ketahanan pangan yang kuat, maka bisa meredam dan menghindari gejolak kenaikan harga pangan yang terjadi di dunia.
"Food estate yang kita buat, Presiden perintahkan kita dorong lagi semua supaya itu bisa menghindari kenaikan harga di dunia ini yang sekarang bergejolak," ujar Luhut.***