Profil Pesantren Babakan Cirebon, Pesantren Tertua di Jawa Barat yang Dapat Penghargaan PBNU Sambut 1 Abad NU

- 2 Februari 2023, 13:10 WIB
Profil Pesantren Babakan Cirebon, Pesantren Tertua di Jawa Barat yang Dapat Penghargaan PBNU
Profil Pesantren Babakan Cirebon, Pesantren Tertua di Jawa Barat yang Dapat Penghargaan PBNU /facebook/irfan/

PESANTREN - Profil Pesantren Babakan Cirebon, Pesantren Tertua di Jawa Barat yang Dapat Penghargaan PBNU Sambut 1 Abad NU.

Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memberikan penghargaan kepada pondok pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon Jawa Barat pada 31 Januari 2023.

Penghargaan diberikan bersamaan dengan 68 pesantren di Indonesia yang dilaksanakan di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta. 

Baca Juga: 13 Pesantren di Jawa Barat Dapat Penghargaan PBNU Sambut 1 Abad NU, Ternyata Penyebabnya Begini

Pesantren Babakan Ciwaringin menjadi pesantren tertua di Jawa Barat yang raih penghargaan PBNU sambut 1 abad NU. 

Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon ternyata telah berdiri sejak tahun 1715 dan terus lestari dan berkembang sampai sekarang. 

Peran dan komitmen besar dalam mendidik anak bangsa yang dilakukan Pesantren Babakan inilah yang menjadi salah satu penyebab diberi anugerah penghargaan PBNU. 

Bukan hanya itu, Pesantren Babakan juga berkomitmen besar dalam membela dan menegakkan kedaulatan NKRI. 

Adapun profil Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon adalah sebagaimana berikut ini. 

Dikutip dari Wahid Foundation, Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon awalnya hanya satu yakni Pondok Gede Raudlatut Tholibin terletak di Desa Babakan Ciwaringin Kabupaten Cirebon.

Baca Juga: Daftar Resmi 68 Pesantren Berusia 100 Tahun Lebih yang Dapat Anugerah PBNU Sambut 1 Abad NU

Pondok ini merupakan pondok pesantren tertua. Pondok Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon didirikan sekitar tahun 1127 H. / 1705 M. oleh Kyai Jatira.

Kyai Jatira adalah gelar dari KH. Hasanuddin putra KH. Abdul Latief dari desa Mijahan Plumbon Cirebon. Beliau merupakan bagian dari Keraton Cirebon.

KH. Hasanuddin adalah seorang pejuang agama yang sangat dekat dengan masyarakat miskin.Bahkan Beliau merupakan satu tokoh kunci Perang Kedongdong.

Lokasi mukim beliau di Babakan, Ciwaringin Cirebon. Desa yang kering dengan lahan pertanian yang kurang subur menjadikan dirinya berpacu mengembangkan pondoknya sebagai tempat peristirahatan yang jauh dari keramaian terutama dari pengaruh kekuasaan dan penjajah belanda.

Maka dirintislah sebuah pesantren sederhana yang diberi nama Pesantren Babakan.

Stagnasi kepemimpinan dalam pesantren terjadi ketika Kyai Jatira meninggal dunia, langkah kaderisasi di Pesantren Babakan mengakibatkan terputusnya kegiatan pesantren sampai sarana fisikpun tidak berbekas.

Sampai kemudian KH. Nawawi menantu dari Kyai Jatira mambangun kembali Pondok Pesantren Babakan yang letaknya satu kilometer kearah selatan dari tempat semula.

Baca Juga: Nasab KH Maimoen Zubair Sampai Kepada Sunan Gunung Jati Cirebon

Dalam mengasuh pesantren beliau dibantu oleh KH. Adzro’i. Setelah itu pesantren dipegang oleh KH. Ismail putra KH. Adzro’i tahun 1225 H/1800 M.

Mulai tahun 1916 M pesantren diasuh oleh KH. Amien Sepuh bin KH. Arsyad, yang masih merupakan AHLUL BAIT, dari garis keturunan Sunan Gunung Djati (baca silsilah KH Amin Sepuh, disusun oleh KH. Mudzakkir, 2007).

KH. Amien Sepuh tahun 1893 pernah mengaji di Pesantren Syaikhona Kholil Bangkalan Madura.

Pada masa pengasuhan KH. Amin Sepuh, Pondok Gede Babakan mencapai masa keemasan dan banyak andil dalam mencetak tokoh-tokoh agama yang handal.

Hampir semua Kiai sepuh di wil 3 Cirebon bahkan menyebar ke pelosok Indonesia adalah muridnya, sebut saja Kang Ayip Muh (kota Cirebon), KH. Syakur Yassin, KH. Abdullah Abbas (Buntet), KH Syukron Makmun, KH. Abdul Hannan, KH Sanusi, KH. Machsuni (Kwitang, Jakarta), dll.

KH. Amien Sepuh menekuni Pesantren Babakan sebagai tempat pengabdiannya terhadap masyarakat Islam khususnya.

Setelah 25 tahun mengembangkan Pesantren Babakan, tahun 1940-an, yaitu pasca kemerdekaan, Beliau sekaligus berjuang bagi kemerdekaan RI.

Baca Juga: Nasab Syekh Datuk Kahfi Cirebon Sampai Rasulullah, Berikut Ini Urutannya

Bahkan dalam perang 10 November Surabaya, para kiyai khos termasuk KH Hasyim Asy'ari menunggu kabar dari KH Amin sepuh sebelum mengeluarkan Fatwa Jihad.

KH. Amin Sepuh bersama beberapa anaknya, para Kiyai Cirebon (wilayah 3 Cirebon dan Jawa Barat) plus Ustadz, santri dan masyarakat benar-benar berjuang ke surabaya, Jawa Timur.

Bahkan dikabarkan yang menembak Jendral Mallaby dari Inggris yang di boncengi Belanda (NICA), adalah anak buah KH. Amin Sepuh yang bernama Kiai Sholeh yang wafat di sana.

Pasca Revolusi Kemerdekaan beliau dibantu adik iparnya sekaligus muridnya KH. Sanusi terus mengembangkan Pesantren dengan berbagai aral melintang. Bahkan yang dahsyat adalah ketika Agresi Belanda II, tepatnya tahun 1949 Pondok Pesantren diserang Belanda.

Dikarenakan KH. Amin sepuh sebagai sesepuh cirebon merupakan pejuang yang menentang penjajah. Pondok dibakar dan dikepung. Para santri pergi dan para Pengasuh beserta keluarga mengungsi.

Dua tahun kemudian, tahun 1952, Kiyai sanusi yang masih salah satu murid KH. Amin Sepuh adalah orang yang pertama kali datang dari pengungsiannya.

Sisa-sisa kitab suci berantakan, termasuk karya-karya KH. Amin Sepuh, habis dibakar, bangunan hancur dan nampak angker. Semua itu secara bertahap dibereskan lagi.

Tahun 1953 KH. Amin Sepuh kembali ke Babakan, kemudian para santri banyak berdatangan dari berbagai pelosok. KH. Amin sepuh yang menjadi pengasuh Pondok Gede kembali memberikan pelajaran-pelajaran agama kepada para santrinya yang makin lama makin meluap.

Baca Juga: Rahasia Nyai Sholihah Mendidik Gus Dur Jadi Tokoh Dunia

Pondok Raudhotut Tolhibin tidak dapat menampung para santri. Hingga santrinya dititipkan di rumah-rumah ustadnya seperti KH. Madamin, KH.Abdul Hanan, KH. Masduki Ali, di rumah KH. Sanusi, dsb. hingga kelak anak cucunya membentuk dan mengembangkan pesantren-pesantren seperti sekarang ini.

Sehingga Pondok yang awalnya hanya satu (Ponpes Raudlotut Tholibin) sekarang menjadi banyak. Alhamdulillah, tahun 2012 terdapat sekitar 40 Pondok di lingkungan Pesantren Babakan Ciwaringin Cirebon.

KH. Amien Sepuh wafat pada tahun pada tahun 1972 dan KH. Sanusi wafat pada tahun M.1974 M, dan kepengurusan dilanjutkan oleh KH. Fathoni Amin sampai tahun 1986 M.

Setelah wafatnya KH. Fathoni Amin kepengurusan pesantren dilanjutkan oleh KH. Bisri Amin (wafat tahun 2000 M.) beserta KH. Fuad Amin ( wafat tahun 1997 M.) dan KH. Abdullah Amin (wafat tahun 1999 M.) serta KH. Amrin Hanan ( wafat tahun 2004 M.) dan KH. Azhari Amin, pendiri PP Al-Azhar Al-Amin (wafat tahun 2008 ) KH. Drs. Zuhri Afif Amin wafat pada tahun 2010.

Setelah wafatnya KH. Drs Zuhri Afif Amin, kepengurusan dilanjukan oleh cucu-cucu KH. Amin Sepuh dan ulama serta masyarakat yang berkompeten untuk kemajuan pesantren.

Bahkan bukan pendidikan agama saja yang mereka terapkan, pendidikan umumpun mereka terapkan terhadap para santrinya.

Dengan harapan, para santrinya dapat memenuhi semua kewajibannya, baik kewajiban dunia maupun akhirat.***

Editor: Ahmad Syaefudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x