Kronologi Lengkap Peristiwa Fathu Makkah

23 September 2022, 20:46 WIB
Kronologi Lengkap Peristiwa Fathu Makkah /beritabantul/

SEJARAH ISLAM - Fathu Makkah atau terbukanya kota Makkah dimaknai sebagai peristiwa Nabi Muhammad SAW kembali ke Makkah dengan damai.

Fathu Makkah juga menandai hadirnya Islam di Makkah dan diterima dengan sukarela oleh penduduk Makkah.

Nabi Muhammad tidak pernah menginginkan adanya perang, karena perang dilakukan dengan terpaksa. 

Baca Juga: Sejarah Rasulullah dalam Perjanjian Hudaibiyah

Dijelaskan, bahwa belum sampai setahun Perjanjian Hudaibiyah berlaku, terjadi bentrokan senjata antara Bani Khuza'ah yang bersekutu dengan Rasul Allah dan Banu Bakr yang bersekutu dengan pihak Quraisy.

Bentrokan itu terjadi akibat adanya seorang dari Banu Bakr yang mengejek-ejek Rasul Allah di depan seorang dari Banu Khuza'ah.

Oleh orang dari Banu Khuza'ah, orang dari Banu Bakr itu dipukul.

Gara-gara pemukulan itu, bergeraklah orang-orang Banu Bakr menyerang orang-orang Banu Khuza'ah.

Permusuhan lama di antara dua qabilah itu memang sudah ada. Dalam serangan itu, Banu Bakr dibantu langsung oleh musyrikin Quraisy, hingga jatuh korban tidak sedikit di kalangan Banu Khuza'ah.

Baca Juga: Keberanian dan Kebijaksanaan Rasulullah dalam Perang Khaibar

Untuk menanggulangi serangan Banu Bakr yang mendapat bantuan Quraisy, Banu Khuza'ah minta bantuan Rasul Allah.

Beliau menyatakan kesediaannya untuk membantu Banu Khuza'ah.

Mendengar ketegasan sikap Rasul Allah yang akan membantu Banu Khuza'ah, orang-orang Quraisy di Makkah cemas dan takut.

Mereka mengirim Abu Sufyan ke Madinah untuk menghadap Rasul Allah. Tujuan Abu Sufyan ialah untuk memperbaiki keadaan dan mengokohkan perjanjian Hudaibiyah.

Waktu Abu Sufyan menyampaikan permintaan untuk memperkokoh dan memperpanjang waktu berlaku perjanjian, Rasul Allah menolak.

Abu Sufyan belum putus harapan. Ia menemui Abu Bakar, kemudian Umar bin Khattab.

Dua-duanya juga menolak untuk membantu Abu Sufyan. Abu Sufyan mencoba membujuk anak perempuannya sendiri, yang sudah menjadi isteri Nabi Muhammad.

Baca Juga: Rahasia Suku Quraisy yang Jadi Nasab Nabi Muhammad Menurut Imam Ibnu Katsir

Baru saja Abu Sufyan masuk dan belum sempat duduk, tikar segera digulung oleh Ummu Habibah, sambil berkata: "Ini tikar kepunyaan Rasul Allah. Ayah tidak boleh duduk di atasnya, sebab ayah orang musyrik dan kotor…"

Abu Sufyan belum putus asa. Dicobanya menemui Siti Fatimah, isteri Imam Ali.

Siti Fatimah juga menolak untuk membantu Abu Sufyan. Persoalan datangnya Abu Sufyan itu disampaikan Siti Fatimah kepada suaminya.

Waktu bertemu dengan Abu Sufyan, Imam Ali berkata: "Mengenai persoalan itu Rasul Allah sudah mengambil pendirian tegas. Kami tidak dapat mengajaknya berbicara tentang itu..."

Sekarang habislah harapan Abu Sufyan. Ia pulang ke Makkah dengan tangan kosong.

Di Madinah, Rasul Allah mempersiapkan kaum muslimin untuk siaga menghadapi peperangan.

Setelah semua persiapan selesai, beliau berangkat memimpin pasukan muslimin berkekuatan 10.000 orang.

Baca Juga: Nabi Menggendong Hasan dan Husein saat Shalat, Gus Baha: Shalat Itu Ibadah, Menyayangi Anak Kecil juga Ibadah

Setibanya dekat Makkah kaum muslimin diperintahkan supaya setiap orang menyalakan obor, sehingga waktu malam di tengah gurun pasir terang benderang seperti siang.

Pada malam itu juga Abu Sufyan bersama sejumlah orang Qureiys berangkat ke luar kota Makkah untuk mencari informasi tentang keadaan kaum muslimin.

Sejak beberapa waktu yang lalu ia tidak mendengarnya lagi, karena Rasul Allah dan para sahabatnya benar-benar merahasiakan rencana keberangkatan, agar jangan sampai diketahui oleh Quraisy sebelum tiba di Makkah.

Melihat ribuan obor menyala-nyala dari kejauhan, Abu Sufyan ketakutan. Ia berniat hendak kembali masuk kota sambil mempercakapkan ribuan obor dengan teman-temannya.

Mereka sama sekali tidak mengerti maksudnya. Pada malam hari itu juga Abbas bin Abdul Mutthalib keluar dari pemusatan pasukan muslimin mencari orang-orang dari kaum musyrikin Quraisy, untuk diberi tahu tentang kedatangan kaum 40 muslimin dengan kekuatan yang besar.

Dengan cara itu Abbas bermaksud hendak menekan kaum musyrikin Quraisy supaya menyerah sebelum kaum muslimin masuk ke dalam kota Makkah.

Baca Juga: Suatu Riwayat tentang Hermes, Nabi Idris yang Dipercaya sebagai Dewa Menurut Mitologi Yunani

Waktu itu dari kejauhan Abbas mendengar sayup-sayup suara Abu Sufyan sedang bercakap-cakap dengan teman-temannya tentang obor yang ribuan jumlahnya.

Ia mengenal baik suara Abu Sufyan. Dengan teriakan keras sekali Abbas memanggil-manggil:

"Hai Abu Handhalah !" Terdengar suara Abu Sufyan menyahut dengan teriakan bertanya: "Abu Fadhl…?"

"Ya," jawab Abbas.

"Demi ayah dan ibuku...., ada kabar apa? Tanya Abu Sufyan yang tampak agak terkejut bercampur takut.

"Inilah Rasul Allah datang membawa pasukan yang tak mungkin dapat kalian hadapi!" Jawab Abbas menakut-nakuti Abu Sufyan.

"Lantas apa yang kau perintahkan kepadaku ...?" Abu Sufyan bertanya untuk mencari tahu apa yang diinginkan kaum muslimin.

"Ayolah turut naik untaku!" teriak Abbas menghimbau.

Baca Juga: Indahnya Wajah Rasulullah Sesuai Kesaksian Para Sahabat Nabi

Terdorong oleh ketakutannya, tanpa banyak berfikir lagi Abu Sufyan segera mendekati Abbas, lalu naik ke atas unta, duduk di belakang Abbas.

Setibanya di depan Rasul Allah, Abbas minta supaya beliau memberi jaminan keselamatan Abu Sufyan.

Nabi Muhammad menjawab: "Pergilah. Dia kujamin keselamatannya sampai datang lagi besok pagi!"

Pagi-pagi Abbas datang rnembawa Abu Sufyan menghadap Rasul Allah. Kepada Abu Sufyan beliau bertanya setengah menegor dengan tandas:

"Celakalah engkau, hai Abu Sufyan! Apakah belum juga engkau mengerti bahwa tidak ada tuhan selain Allah!"

"Demi ayah-ibuku," jawab Abu Sufyan, "Itu sama sekali tidak ada dalam fikiranku!"

Mendengar jawaban seperti itu Abbas membentak Abu Sufyan: "Celaka sekali engkau! Ucapkan syahadat sebelum lehermu dipenggal!"

Baca Juga: Ada Banyak Amal yang Membuat Nabi Itu Tersiksa Hatinya karena Harus Ditinggalkan Kata Gus Baha

Melihat sikap Abbas sekeras itu barulah Abu Sufyan mengucapkan dua kalimat syahadat.

Ia mengucapkan dua kalimat syahadat pada saat kaum musyrikin Quraisy tidak berdaya lagi melawan kaum muslimin.

Ucapan yang keluar dari hati yang tidak tulus. Meskipun begitu Rasul Allah tetap bijaksana.

Beliau memerintahkan Abbas pergi membawa Abu Sufyan, dan ditahan di sebuah lembah yang akan dilalui pasukan muslimin dalam gerakan memasuki kota Makkah.

Gelombang demi gelombang, kelompok demi kelompok pasukan muslimin bergerak masuk ke Makkah.

Dengan suara gemuruh mereka mengumandangkan takbir, bertahlil dan bersyukur ke hadirat Allah SWT.

Waktu Abu Sufyan melihat pasukan yang langsung dipimpin Nabi Muhammad  lewat, yang terdiri dari kaum Muhajirin dan Anshar, ia bertanya kepada Abbas tentang kelompok itu.

Baca Juga: Tafsir Surat Al Baqarah Ayat 41: Jangan Menukarkan Ayat-ayat Allah dengan Harga yang Murah

Abbas menjelaskan: "Itu kelompok pasukan Rasul Allah..... Itulah beliau, Rasul Allah s.a.w… dan itulah mereka kaum Muhajirin dan Anshar…!"

"Hai Abu Fadl," kata Abu Sufyan yang nampak kagum terhadap kelompok pasukan itu, "putera saudaramu sudah menjadi raja yang hebat sekali!"

"Itu kenabian ....bukan kerajaan!" bentak Abbas menjelaskan.

"Oh . . . ya," sahut Abu Sufyan.

Pada saat itu ada dua orang dari kaum musyrikin Quraisy, Hakim bin Hizam dan Badil bin Warqa, datang menjumpai Rasul Allah untuk menyatakan diri masuk Islam. Kemudian mengucapkan dua kalimat syahadat di depan beliau.

Pada saat mulai masuk kota Makkah, Rasul Allah mengeluarkan pernyataan yang berisi jaminan keselamatan bagi kaum Quraisy.

Antara lain dikatakan: "Barang siapa masuk ke rumah Abu Sufyan (terletak di bagian atas kota Makkah), ia terjamin keselamatannya! Barang siapa masuk ke rumah Hakim bin Hizam (terletak di bagian bawah kota Makkah), ia terjamin keselamatannya. Barang siapa menutup pintu rumahnya dan tidak mengangkat senjata, ia terjamin keselamatannya…!"

Baca Juga: Kisahkan Nabi Muhammad yang Tidak Makan selama Tiga Hari, Gus Baha: Berat Ini

Untuk menyebar-luaskan pernyataan itu kepada orang-orang Quraisy, Rasul Allah mengutus Abu Sufyan dan Hakim.

Setelah itu Rasul Allah masuk ke dalam kota Makkah. Semua pasukan muslimin yang datang melalui berbagai jurusan dipusatkan dalam kota, guna menghindari terjadinya konflik senjata dengan kelompok-kelompok musyrikin.

Rasul Allah bertekad keras untuk jangan sampai ada setetes darah pun yang mengalir.

Oleh karena itu beliau cepat-cepat memberhentikan Sa'ad bin Ubadah dari jabatannya sebagai komandan pasukan karena diketahui Sa'ad telah mengeluarkan pernyataan hendak menumpas orang-orang Quraisy;

"Hari ini hari pertarungan. Hari ini wanita-wanita Quraisy boleh dirampas dan diperbudak!"

Sebagai gantinya, Rasul Allah mengangkat Imam Ali menjadi komandan pasukan.

Setibanya dekat Ka'bah Rasul Allah s.a.w. berdiri di depan pintu sambil berseru kepada orang orang Quraisy:

"Tiada Tuhan selain Allah tanpa sekutu apa pun juga. Dia telah memenuhi janji-Nya. Dia telah memenangkan hamba-Nya, dan Dia sendirilah yang telah mengalahkan pasukan Ahzab.

Ketahuilah, bahwa kemuliaan keturunan dan kekayaan terletak di bawah telapak kakiku. Demikian pula pengurusan Ka'bah dan penyediaan air untuk jema'ah haji!"

Baca Juga: Gus Baha Ingatkan bahwa Setiap Rezeki Itu Ada Hisabnya, Perhatikanlah Baik-Baik

"Hai orang Quraisy", kata Nabi Muhammad SAW selanjutnya, "sesungguhnya Allah hendak menghapuskan adat jahiliyah dari kalian termasuk kebiasaan mengagung-agungkan nenek moyang. Semua manusia berasal dari Adam dan Adam terbuat dari tanah."

"Hai manusia, Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang wanita, kemudian kalian Kami jadikan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, agar kalian saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di sisi Allah ialah yang paling bertaqwa di antara kalian. Sesungguhnya bahwa Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal…" (S. Alhujurat: 13).

Selesai mengucapkan ayat tersebut, Rasul Allah bertanya: "Hai orang-orang Quraisy, apakah yang hendak kalian katakan? Apa yang kalian duga akan kuperbuat?"

Mereka menjawab serentak: "Kami harap kebaikan akan diperbuat oleh saudara yang mulia, putera dari saudara yang mulia."

Menanggapi jawaban mereka, Rasul Allah berkata lagi: "Yang kukatakan sama seperti yang dikatakan oleh saudaraku, Yusuf AS: Tak ada marabahaya menimpa kalian. Semoga Allah megampuni kalian, karena Dia adalah Maha Pengasih dan Penyayang. Pergilah, kalian semua bebas merdeka!"

Dengan kebijaksanaan seperti itu Rasul Allah s.a.w. mengetuk hati manusia untuk berbondong-bondong memeluk agama Islam.

Baca Juga: Gus Baha Jelaskan bahwa Rahmat Allah Itu Sudah Diberikan kepada Kita bahkan sebelum Kita Memintanya

Kemudian Nabi Muhammad menghancurkan berhala-berhala, dan menghapuskan dua buah gambar yang ada pada dinding Ka'bah dengan baju beliau sendiri.

Kepada orang-orang Quraisy yang ada di sekitar tempat itu, beliau memerintahkan supaya menghancurkan berhala mereka masing-masing.

Saat itu beliau mengucapkan sebuah ayat Al Qur'an, yang artinya: "Bilamana kebenaran telah tiba, musnahlah kebatilan. Sesungguhnya kebatilan itu pasti musnah." (S. Al Isra:81).

Dalam pekerjaan menghancurkan berhala-berhala itu, Imam Ali menyertai beliau.

Ketika melihat sebuah berhala milik Banu Khuza'ah masih terletak di atas Ka'bah, Rasul Allah memerintahkan Imam Ali supaya menghancurkannya.

Untuk dapat naik ke atas, Imam Ali beliau angkat. Kemudian berhala tersebut oleh Imam Ali dijebol dan dibanting ke tanah sampai hancur berkeping-keping.

Tengah hari berbondong-bondong kaum pria dan wanita Quraisy menghadap Rasul Allah untuk menyatakan diri memeluk Islam, dan berjanji akan taat dan setia kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dengan jatuhnya kota Makkah ke tangan Rasul Allah, berarti hancurlah sudah benteng terkuat kaum musyrikin.

Baca Juga: Nabi Menggendong Hasan dan Husein saat Shalat, Gus Baha: Shalat Itu Ibadah, Menyayangi Anak Kecil juga Ibadah

Benteng yang paling keras dan paling gigih melancarkan seranganserangan terhadap Islam dan kaum Muslimin.

Dengan jatuhnya Makkah, kini kota itu telah masuk ke dalam pangkuan kaum muslimin.

Di Makkah, Rasul Allah tinggal selama 15 hari untuk mengatur urusan pemerintahan setempat.

Beliau mengangkat Hubairah bin Asy Syibl sebagai kepala daerah Makkah.

Sedangkan Mu'adz bin Jabal ditugaskan mengajarkan Al Qur'an dan hukum-hukum Islam.

Setelah selesai semuanya, beliau bersama pasukan menuju ke Taif untuk menghabisi kantong terakhir pertahanan kaum Musyrikin.

Keterangan tersebut dikutip dari buku 'Sejarah Hidup Imam Ali bin Abi Thalib' karya H.M.H. Al Hamid Al Husaini yang diterbitkan Lembaga Penyelidikan Islam tahun 1981.***

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler