76 Tahun Bandung Lautan Api, Mantan BIN: Kita Berkurang Jiwa Patriotisme?

24 Maret 2022, 18:49 WIB
76 Tahun Bandung Lautan Api, /bandung.go.id/

BERITA BANTUL - 23 Maret 2022 adalah peringatan 76 tahun peristiwa 'Bandung Lautan Api' yang fenomenal. 

23 Maret 1946 terjadi pembakaran besar di Bandung. Dalam waktu tujuh jam, sekitar 200.000 warga Bandung membakar rumah mereka, meninggalkan kota Bandung menuju pegunungan di daerah selatan Bandung. 

Peristiwa Bandung Lautan Api jadi spirit sepanjang masa yang selalu terkenang bagi masyarakat Bandung.

Baca Juga: Mahfud MD Bongkar Rahasia Gus Dur Difitnah dan Jatuh dari Kursi Presiden

Mantan Wakil Kepala Badan Inteligen Negara (BIN) As'ad Said Ali melihat para pemuda Bandung punya semangat luar biasa dalam perjuangan.

"Mereka itu adalah para anggota Tentara Keamanan Rakyat/TKR yang baru 3 bulan terbentuk, terpaksa mundur ke wilayah pedesaan Bandung Selatan," kata As'ad sebagaimana dikutip BeritaBantul.com dari status facebook As'ad Said Ali yang diunggah, 18 Maret 2022.

Menurutnya, tiga bulan setelah proklamasi, Panglima Militer Belanda mengultimatum agar TKR keluar dari kota Bandung Selatan. PM Sahrir keluarkan perintah agar mundur ke daerah pedesaan karena kekuatan belum setara dengan pasukan Belanda.

Baca Juga: Rp3 Miliar Tarif Jadi Menteri, Mahfud MD: Gus Dur Bersih dari Korupsi, Angkat Pejabat Tanpa Perantara

"Tapi komandan TKR, Abdul Haris Nasution menolak mundur, pantang menyerah dalam perjuangan," kenangnya.

Akhirnya dicapai jalan tengah (kearifan lokal bangsa), reposisi ke pedesaan Bandung Selatan untuk konsolidasi yang didahului dengan politik bumi hangus, 'ribuan rumah dibakar ludes'. Panjajah mendapatkan Bandung dalam keadaan kosong.

"Tidak lama kemudian, TKR menyerbu untuk merebut kota dengan semangat 'Bandung Lautan Api, Mari Bung Rebut Kembali'," kisahnya.

Darah mengucur, korban bergelimpangan, tetapi kehormatan bangsa ditegakkan. Sebutan 'Bung' menjadi 'panggilan hormat' bagi perjuang sejak peristiwa 10 Nopember 1945 di Surabaya.

Baca Juga: TERBONGKAR, Rp50 Triliun untuk Jatuhkan Gus Dur dari Kursi Presiden

"Dengan semangat Bandung Lautan Api pula, kudeta APRA yang dipimpin oleh Westerlng pada tahun 1950 digagalkan," tegas As'ad.

Pasca revolusi, semangat 'Bandung Lautan Api' berlangsung proses transformasi 'patriotisme menjadi etos kerja masyarakat' di Bandung dan di daerah lain, suatu daya dorong kuat ke arah kemajuan Iptek.

"Melalui ITB, kawula muda mampu membangun industri dirgantara yang terkenal dengan IPTN di bawah pimpinan Prof Dr BJ Habibi. Sayang pasca direformasi, meskipun tetap survive, tetapi berkembang lambat terkendala oleh kebijakan pemerintah pasca reformasi," tegasnya.

Baca Juga: Dahsyatnya Pertemuan Gus Dur dan Ibunya Joko Tingkir, Ternyata Ini yang Terjadi

Menurutnya, Kepala Intelijen Korea (National Inteligence Service/NIS), pada sekitar Oktober 1987 memuji setinggi langit atas dua hal.

Pertama, industri IPTN yang terkenal memproduksi CN 235. Dianggapnya pilihan dan prestasi gemilang karena sesuai kebutuhan Indonesia yang merupakan negara kepulauan yang besar.

NIS juga memuji satelit Palapa sebagai sarana komunikasi masa depan dan faktor penting bagi persatuan nasional. 

Kedua, dari Bandung pula lahir konsep wawasan Nusantara dan hukum laut internasional (UNCLOS) dengan tokohnya Prof Mochtar Kusumaatmaja.

Baca Juga: Resep Makanan Dapur Sehat Soto Bandung dan Tahu Tempe Bacem, Membuatnya Simple dan Sangat Lezat Tentunya

"Kedua hal itu merupakan software yang monumental bagi tetap terpeliharanya kesatuan dan kedaulatan wilayah yang terdiri dari ribuan pulau yang diapit oleh dua samudera besar dan dua benua," tegasnya.

As'ad juga mengingatkan, saat Presiden Suharto melepas Pulau Sipadan dan Ligitan sesuai Keputusan Pengadilan Internasional di Belanda.

"Sebab Indonesia dengan diundangkannya UNCLOS memperoleh konsesi zone laut yang luas dari pihak Malaysia," tegasnya.

Di akhir, As'ad menyentilkan renungan tajam untuk generasi hari ini dan masa depan.

Baca Juga: Difitnah Palsukan Uang, Syaikhona Kholil Tunjuk Batu Jadi Emas Mengkilat, Tentara Belanda Kaget Luar Biasa

"Generasi masa kini perlu mempertanyakan, kenapa generasi 90-an berkurang patriotismenya dengan tunduk terhadap tekanan IMF/Barat dalam kasus IPTN?"

"Apakah kita berkurang jiwa patriotisme karena tergagap di tengah globalisasi?"

"Kenapa negara yang diwarisi pola pikir wawasan Nusantara, lambat dalam membangun industri kelautan?"

"Akibatnya kita tidak bisa menjaga dan mengelola laut kita yang kaya," pungkas As'ad.

Editor: Muhammadun

Tags

Terkini

Terpopuler