Gus Hilmy Sebut Penggunaan Aplikasi Mypertamina Tidak Berpihak Pada Rakyat

- 6 Juli 2022, 17:33 WIB
Terkait aplikasi mypertamina.id, Gus Hilmy mengkritik keras karena tidak tepat
Terkait aplikasi mypertamina.id, Gus Hilmy mengkritik keras karena tidak tepat /beritabantul.com/

BERITA BANTUL - Gus Hilmy menyebut penggunaan aplikasi mypertamina.id untuk pembelian BBM jenis pertalite dan solar sebagai pola yang tidak berpihak pada rakyat.

Aplikasi mypertamina.id dinilai kurang sosialisasi dan belum siap untuk diterapkan bagi masyarakat. 

Karenanya, Gus Hilmy menyebut kebijakan tersebut tidak berpihak kepada rakyat. 

Baca Juga: Apresiasi Gus Hilmy Pasca Kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia

Gus Hilmy adalah sapaan akrab dari Dr KH Hilmy Muhammad, anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI daerah pemilihan DIY.

Pda awalnya, aplikasi milik BUMN itu dimaksudkan untuk ketepatan pendistribusian BBM. Namun kebijakan tersebut dianggap kurang tepat karena justru menyulitkan masyarakat.

Masyarakat diminta untuk mengunduh aplikasi MyPertamina melalui smartphone atau mendaftarkan diri di situs web https://subsiditepat.mypertamina.id./.

"Mengapa harus menyulitkan masyarakat yang mendapatkan subsidi?," tegas Gus Hilmy.

Menurutnya, yang semestinya diatur adalah yang tidak mendapatkan subsidi, karena jumlahnya yang lebih sedikit.

“Maksudnya dari aplikasi itu memang baik. Namun kalau kita mau ambil mudahnya, semestinya yang diatur adalah yang tidak mendapatkan subsidi karena jumlahnya lebih sedikit," tegasnya.

Baca Juga: Luhut Umumkan Tiket Borobudur Naik, Gus Hilmy Nilai Akan Timbulkan Kesenjangan Wisatawan

Selain itu, lanjutnya, mereka yang tidak dapat subsidi itu yang lebih melek dengan teknologi.

"Jadi untuk daftar-daftar segala macam akan lebih mudah. Kalau yang mendapatkan subsidi yang diatur, selain akan sulit, mereka juga belum siap,” jelas Gus Hilmy, dikutip dari rilis yang diterima BeritaBantul.com, Rabu 6 Juli 2022.

Lebih lanjut, Gus Hilmy menjelaskan, mengatur orang banyak tentu lebih sulit. Hal ini jelas menunjukkan keberpihakan BUMN kepada siapa, juga akan semakin memperlihatkan ketimpangan.

“Dikhawatirkan nantinya akan ada ketimpangan. Yang pakai aplikasi, silakan antre, yang tanpa aplikasi bisa langsung maju. Ini jelas tidak berpihak pada rakyat,” ujarnya.

Gus Hilmy juga mengaku mendapatkan laporan bahwa seorang petani di Yogyakarta ditolak membeli solar untuk traktornya karena tidak memiliki nomor kendaraan.

“Sebenarnya banyak kasus yang menunjukkan kebijakan ini kurang tepat. Di antaranya adalah laporan yang kami terima, seorang petani tidak diizinkan membeli solar untuk traktornya. Padahal itu kan untuk menunjang produksi. Kami khawatir kalau para nelayan juga mengalami nasib yang sama,” kata pria yang juga Katib Syuriah PBNU tersebut.

Baca Juga: Derasnya Media Online, Gus Hilmy: Guru Paling Layak Mengisi Konten, Lakukan Secara Efektif dan Mudah Dipahami

Menilik situs web https://subsiditepat.mypertamina.id./, terdapat 7 syarat pendaftaran, yaitu 1) menyiapkan dokumen yang dibutuhkan yaitu: KTP, STNK, Foto Kendaraan, dan dokumen pendukung lainnya; 2) buka website subsiditepat.mypertamina.id; 3) centang informasi memahami persyaratan.

Kemudian yang keempat adalah klik daftar sekarang; 5) ikuti instruksi dalam website tersebut; 6) tunggu pencocokan data maksimal 7 hari kerja di alamat email yang telah didaftarkan, atau cek status pendaftaran di website secara berkala.

Adapun yang nomor 7 adalah apabila sudah terkonfirmasi, unduh (download) kode QR dan simpan untuk bertransaksi di SPBU Pertamina.

Syarat-syarat tersebut dianggap berbelit dan terlalu lama konfirmasinya. Kerja aplikasi online semestinya secara realtime, tidak harus menunggu selama 7 hari.

Belum lagi nanti akan ada kendala dan pendaftarnya semakin banyak, waktu konfirmasi akan molor panjang.

Pada kasus aplikasi lain, setelah mengikuti semua tahap pendaftaran, masih diminta untuk melampirkan fotokopi identitas. Tentu sangat tidak efektif. MyPertamina demikian juga, sudah daftar tapi masih diminta cetak code QR.

Baca Juga: Gus Hilmy Sampaikan Pentingnya Sinergi Pergunu untuk Mengisi Konten Strategis dan Menarik di Media Sosial

Gus Hilmy juga mengkritik penerapan kebijakan ini seperti kelatahan. Ada banyak aplikasi yang diciptakan oleh kementrian. Di antaranya BPJS, Peduli Lindungi, Sisnaker, JKN, Dukcapil, kepolisian, Bansos Kemensos, Kemendag, E-Kemenkeu, dan lain sebagainya.

“Semua kementerian punya aplikasi, bahkan lebih dari satu. Apakah semua berfungsi secara maksimal? Tidak bisakah semua aplikasi itu disinkronkan menjadi satu untuk mendukung program Presiden Jokowi Satu Data Indonesia. Dari semua aplikasi itu, harus daftar lagi, nyetor identitas lagi dan seterusnya,” kritik pria yang juga anggota MUI Pusat tersebut.

Untuk Satu Data Indonesia, Gus Hilmy mencontohkan aplikasi dari Dukcapil bisa dijadikan sebagai aplikasi induk. Sementara aplikasi lain tinggal memilah datanya, mana yang mendapatkan subsidi, mana yang tidak. Bukan masyarakat yang disuruh terus-menerus mendaftar.

“Ini justru bukan inovasi, tetapi kelatahan. Kalau dulu apa-apa harus pakai kartu, sekarang aplikasi. Coba cek, berapa kartu yang ada di dompet kita? Coba cek juga HP kita, ada berapa aplikasi bikini negara?” tanya salah satu Pengasuh Pondok Pesantren krapyak tersebut.***

Editor: Ahmad Amnan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah