Arti Penting Pondok Pesantren di Indonesia Menurut Gus Dur

- 2 Januari 2023, 17:47 WIB
Arti Penting Pondok Pesantren di Indonesia Menurut Gus Dur
Arti Penting Pondok Pesantren di Indonesia Menurut Gus Dur /LIRBOYO/

Baca Juga: Silsilah Nasab Gus Dur Sampai Rasulullah Dibenarkan Oleh Seorang Habib, Jalurnya Melalui Joko Tingkir!

Salah satu hal yang menjadi ciri utama dari pondok pesantren sebagai pembeda dengan lembaga pendidikan lain, adalah pengajaran kitab kuning, kitab-kitab Islam klasik yang ditulis dalam bahasa Arab baik yang ditulis oleh para tokoh muslim Arab maupun para pemikir muslim Indonesia.

Kitab kuning sebagian dari kurikulum pesantren ditempatkan pada posisi istimewa. Karena keberadaannya menjadi unsur utama dan sekaligus ciri pembeda antara pesantren dan lembaga-lembaga pendidikan Islam lainnya.

Ciri yang lain dari struktur keilmuan pondok pesantren adalah mengenal akan adanya otoritas. Tentu saja otoritas tertinggi adalah Allah yang dikenal melalui wahyu dalam bentuk kitab suci al-Qur’an.

Kemudian Nabi dengan segnap sunnahnya, sahabat, tabi’in, tabi’it tabi’in dan seterusnya hingga para ulama’ atau guru berfungsi sebagai mursyid atau pemberi petunjuk kepada murid yang merupakan pencari petunjuk.

Sebagai lembaga pendidikan tertua di negeri ini, pondok pesantren memiliki pandangan yang mendasar bahwa mencari ilmu maupun mengajarkannya merupakan ibadah, sehingga prosesnya menafikan hal-hal yang bersifat pamrih, utamanya yang bersifat duniawi.

Baca Juga: Rahasia Gus Dur Punya Kecerdasan Tingkat Tinggi, Suka dengan Ide-Ide Segar

Hal di atas menjelaskan bahwa muatan kurikulum dalam pondok pesantren menekankan pentingnya ilmu-ilmu kegamaan. Paradigma pemikiran di atas berimplikasi terhadap metode belajar yang digunakan di dalam pesantren.

Metode belajar berbeda dengan disiplin keilmuan yang lain. Kalu al-ulum al-dunyawiyah al-ijtima’iyah (ilmu kemasyarakatan) dopelajari dengan metode rasional-empirik, maka al-ulum al-diniyah tidak hanya berhenti di sini, akan tetapi selain dipelajari secara rasional juga dipelajari secara spiritual, misalnya riyadhah (latihan) dan tazkiyatun nafs (penyucian diri).***

Penulis: Dika Ayu Pramesti, Program Studi Komunikasi Penyiaran Islam, STAI Sunan Pandanaran, Yogyakarta.

Halaman:

Editor: Ahmad Syaefudin


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x