Tiga Kapasitas Utama yang Harus Dimiliki Kader NU Menurut Ketua PWNU DIY

- 3 Agustus 2022, 09:28 WIB
Tiga Kapasitas Utama yang Harus Dimiliki Kader NU Menurut Ketua PWNU DIY
Tiga Kapasitas Utama yang Harus Dimiliki Kader NU Menurut Ketua PWNU DIY /tangkap layar youtube nahnu tv/

BERITA BANTUL - Ada tiga kapasitas utama yang harus dimiliki kader Nahdlatul Ulama (NU) menurut Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (PWNU DIY), KH Dr Ahmad Zuhdi Muhdlor.

Menjadi kader NU punya tanggungjawab besar, tidak bisa dianggap enteng, karena harus menjawab banyak problem keagamaan dan kebangsaa.

Oleh karena itu, seluruh jajaran NU diharapkan bekerja dengan sebaik-baiknya, meningkatkan kapasitas kemampuannya untuk memberikan khidmah yang sebaik-baiknya bagi bangsa Indonesia.

Baca Juga: KH Ahmad Zuhdi Muhdlor Ketua PWNU DIY 2022-2027, Ini Profilnya

Penegasan Ketua PWNU DIY tersebut disampaikan dalam acara pengukuhan Pimpinan Wilayah Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta (PW Fatayat NU DIY) masa khidmat 2022-2027.

Acara pengukuhan tersebut dilakukan di Pesantren Sunan Pandanaran Sleman, 31 Juli 2022.

"Bahwa teman-teman yang menjadi pengurus, baik di NU, di lembaga-lembaga maupun di Banom-banom NU, pada dasarnya adalah kader-kader inti," tegas Kiai Zuhdi, sapaan akrabnya.

Menurutnya, kader adalah sosok atau personil inti dalam suatu organisasi yang terbentuk setelah melalui proses panjang pelatihan, pendidikan dan kaderisasi.

"Karena merupakan kader inti, maka teman-teman khususnya pengurus Fatayat NU yang baru dilantik harus meningkatkan kapasitas," ungkap Kiai Zuhdi, dikutip dari kanal youtube Nahnu TV, 31 Juli 2022.

Baca Juga: Gebrakan Gus Yahya, PBNU Akan Bangun 250 Badan Usaha Milik NU

Di samping itu, Kiai Zuhdi juga menegaskan bahwa sekarang saatnya narasi harus diubah menjadi aksi.

Bagi Kiai Zuhdi, sapaan akrabnya, dalam mengelola organisasi jangan hanya berwacana atau bernarasi saja.

"Bagaimana mengelola organisasi? Jangan hanya berwacana, jangan hanya bernarasi. Sekarang saatnya narasi harus diubah menjadi aksi," tegas Kiai Zuhdi.

Terkait jargon 'Saatnya Narasi Diubah Jadi Aksi' itu, Kiai Zuhdi berawal dari istilah yang sering digaungkan Ketua Umum PBNU KH Yahya Cholil Staquf.

"Meminjam istilah Ketua Umum PBNU, bahwa setiap kata harus menjadi kerja dan setiap kerja harus terukur," tegas Kiai Zuhdi.

Baca Juga: NU Makin Besar Jumlah Warganya, Tembus 120 Juta, Ini Rahasianya Menurut Gus Yahya

Dalam konteks istilah tersebut,  Kiai Zuhdi menegaskan bahwa organisasi harus punya rencana strategis (renstra) sebagai acuan dalam menggerakkan langkah strategis suatu organisasi.

"Rencana strategis (Renstra) dari masing-masing kita harus dibuat dan menjadi acuan dalam bekerja selama kita dipercaya untuk mengurus organisasi ini," tegas Kiai Zuhdi.

Lebih jelasnya, berikut ini pesan lengkap dalam sambutan Ketua PWNU DIY Dr KH Ahmad Zuhdi Muhdlor saat pengukuhan PW Fatayat NU DIY masa khidmat 2022-2027 di Pesantren Sunan Pandanaran, Sleman, 31 Juli 2022.

Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh.

Yang terhormat Bapak Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengkubuwono X, atau yang mewakili.

Yang terhormat Bapak Bendahara PBNU, Pak Kiai Fahmy Akbar Idries.

Yang terhormat A'wan Syuriah PBNU, Ibu Nyai Hj. Ida Fatimah Zainal.

Yang terhormat Pak Rektor UIN Sunan Kalijaga, Pak Prof. Dr. Al Makin yang menyempatkan diri untuk rawuh dalam rangka mangayubagyo teman-teman PW Fatayat NU DIY.

Baca Juga: Kenangan Unik Gus Yahya Saat Ngaji Kepada KH Ali Maksum Krapyak Yogyakarta

Yang terhormat Bapak Rektor Universitas Nahdlatul Ulama Yogyakarta, Rektor muda yang sangat trengginas sehingga membawa UNU Yogya menjadi kampus masa depan yang sukses, Insya Allah, amin.

Yang terhormat Pimpinan Wilayah Muslimat NU Daerah Istimewa Yogyakarta.

Yang terhormat pimpinan Banom di tingkat wilayah, ada Ansor, Fatayat, IPNU, IPPNU, teman-teman Banser.

Para tamu undangan yang hadir pada kesempatan ini, dari pengurus Aisyah Provinsi Daerah Yogyakarta, dari teman-teman KNPI, teman-teman PMII.

Kemudian para Pembina Fatayat NU Daerah Istimewa Yogyakarta, wabil khusus shohibul hikayat, Mbak Khotimatul Husna yang kemarin sempat membuat saya deg-degan karena naik kuda, takutnya digondol kuda nggak pulang. Ternyata hari ini muncul di sini.

Kemudian semuanya yang hadir yang saya tidak bisa menyebut satu persatu.

Alhamdulillah, pada pagi hari ini kita semua hadir menyaksikan pengukuhan pengurus Pimpinan Wilayah Fatayat Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa Yogyakarta.

Baca Juga: PW Fatayat NU DIY Siap Bangun Tata Kelola Kolaboratif untuk Jawab Persoalan Kekinian

Pada saatnya nanti akan dilantik oleh Pimpinan Pusat. Cuma waktunya tidak tahu, karena Ketua Umum terpilih dari Pimpinan Pusat Fatayat sampai hari ini masih berada di Mesir, sehingga tidak bisa hadir dalam acara ini.

Bapak-bapak, ibu-ibu dan rekan sekalian, wabil khusus yang saya hormati sahabati Maryam Fitriati. 

Selamat bertugas, tentunya PWNU sangat senang karena Fatayat sudah bisa melengkapi dirinya dengan kepengurusan yang siap bekerja.

Perlu kami sampaikan bahwa berdasarkan survei terakhir yang saya catat, yakni dari lembaga survei yang namanya Alvara, tercatat 39 persen orang Indonesia itu mengaku sebagai warga NU.

Ada 50 persen penduduk Indonesia mengaku sebagai orang Islam yang berafiliasi ke NU. Kemudian 70 persen menempatkan NU sebagai top of mind, yakni bagi 70 persen warga Indonesia yang beragama Islam.

Ini berarti, yang 70 persen itu sangat mengharapkan kepemimpinan sosial NU, di samping mereka sangat mengharapkan dan loyal kepada fatwa-fatwa keagamaan yang dibuat oleh ulama-ulama NU.

Melihat rentang jumlah hasil survei tersebut yang sangat besar, sebetulnya sungguh berat beban yang harus dipikul oleh NU dan Banom-banomnya dalam ikut mewarnai, dalam ikut memberikan corak bagi masyarakat Indonesia ini.

Baca Juga: Resmi Dikukuhkan, Ini Susunan Pengurus PW Fatayat NU DIY Periode 2022-2027

Beban ini tidak bisa dianggap enteng, beban ini bukan main-main.

Oleh karena itu, seluruh jajaran NU diharapkan bekerja dengan sebaik-baiknya, meningkatkan kapasitas kemampuannya untuk memberikan khidmah yang sebaik-baiknya bagi negara kita, Indonesia.

Bahwa teman-teman yang menjadi pengurus, baik di NU, di lembaga-lembaga maupun di Banom-banom NU, pada dasarnya adalah kader-kader inti.

Kader adalah sosok atau personil inti dalam suatu organisasi yang terbentuk setelah melalui proses panjang pelatihan, pendidikan dan kaderisasi.

Karena merupakan kader inti, maka teman-teman khususnya pengurus Fatayat NU yang baru dilantik harus meningkatkan kapasitas.

Kapasitas yang harus dimiliki setidak-tidaknya ada tiga.

Yang pertama adalah kapasitas keagamaan. Pengurus Fatayat dan seluruh pengurus banom dan bahkan juga pengurus NU harus mempunyai kapasitas dan mempunyai kegandrungan serta akhlak yang didasarkan pada ajaran agama.

Tidak dibenarkan pengurus di lingkungan NU melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama.

Baca Juga: Maryam Fithriati Terpilih Ketua PW Fatayat NU DIY Periode 2022-2027

Kapasitas keagamaan juga harus diikuti dengan pemahaman terhadap NU, karena kita semua adalah kader NU.

Ma Huwa NU?

Wama Adraka ma NU?

Ini harus dipahami.

Al-Ma’arifatu bi Nahdlatil Ulama, Al-'Amalu bi Ta’limi Nahdlotil Ulama, Al-Jihadu fi Sabili Nahdlotil Ulama, As-Sobru fi Sabili Nahdlotil Ulama.

Ini harus dipahami betul, jangan sampai sebagai seorang kader tidak memahami jati dirinya, malah yang dipahami adalah jati diri orang lain.

Berarti dia ada, tapi sebetulnya hanya ruhnya, jasadnya  tidak ada. Itu yang pertama.

Kemudian kapasitas berikutnya, yang kedua, yang harus dimiliki oleh seorang kader adalah intelektualitas.

Fatayat NU DIY karena berada di tengah-tengah di kota budaya, kota pendidikan harus berbeda dengan pengurus Fatayat di provinsi lain.

Teman-teman Fatayat harus selalu meningkatkan kapasitas intelektualitas, penalaran yang rasional, yang didasarkan pada tuntunan ajaran agama.

Jangan sampai teman-teman Fatayat cara berfikirnya, mindset-nya seperti mereka-mereka yang tidak berpendidikan.

Baca Juga: Habis Rp5 Miliar, Laporan Ketua PW Fatayat NU DIY Khotimatul Khusna Periode 2017-2022

Karena itu, untuk teman-teman Fatayat, program kerja harus ditata dengan sebaik-baiknya, harus terukur.

Capaian-capaian yang diinginkan seperti apa? Target-target yang diinginkan seperti apa? Semuanya harus terdokumentasi dengan sebaik-baiknya.

Teman-teman sekarang sudah diberi pelajaran yang sangat berharga oleh kepengurusan sebelumnya, yang di bawah kepemimpinan Mbak Khotim, si manusia organisasi.

Kalau ingin melihat organisasi itu bisa melihat pada diri Mbak Khotim, sejak kepala sampai kaki semuanya organisasi.

Ini pelajaran yang luar biasa, yang bisa dijadikan teladan bagaimana mengelola organisasi.

Jangan hanya berwacana, jangan hanya bernarasi.  Sekarang saatnya narasi harus diubah menjadi aksi.

Meminjam istilah Ketua Umum PBNU, setiap kata harus menjadi kerja dan setiap kerja harus terukur.

Karena itu, Renstra rencana strategis dari masing-masing kita, harus kita buat dan menjadi acuan dalam bekerja kita selama kita dipercaya untuk mengurus organisasi ini.

Baca Juga: GEGER! Tengah Malam Mbah Moen Gedor-gedor Kamar Santri Usai Didatangi Nabi, Ada Apa?

Kemudian kapasitas yang ketiga adalah kapasitas sosial dan kemanusiaan.

Fatayat tidak boleh merem terhadap problem-problem sosial. Kita semua ini harus peduli dengan problem sosial yang ada di lingkungan kita.

Pada waktu pelantikan lembaga, kami pernah sampaikan bahwa mandat yang diberikan kepada manusia, kepada pengurus adalah ada dua secara garis besar.

Yang pertama adalah mandat Diniyah Samawiyah Al-Muqaddasah. Ini adalah peningkatan di bidang kapasitas agama. Kita harus taat beragama, harus melaksanakan ajaran-ajaran agama.

Dan mandat yang kedua adalah Dunyawiyah Ardliyyah Ijtihadiyyah. Jadi ini mandat yang berkaitan dengan kegiatan dan kebutuhan-kebutuhan kita sebagai penduduk dunia dan ini kita tidak terlepas dari problem-problem sosial yang kita hadapi.

Makanya, kapasitas kita, sekali lagi, harus terus kita tingkatkan agar kita bisa melaksanakan mandat dari Allah itu dengan sebaik-baiknya, baik di bidang Diniyah yang Al-Muqaddasah maupun di bidang keduniaan yang bersifat Ijtihadiyah.

Bapak-bapak dan ibu-ibu sekalian, saya kira ini yang bisa kami sampaikan, Insya Allah nanti kita lanjutkan dalam acara-acara berikutnya.

Baca Juga: Melipat Waktu ke Makam Imam Syadzili Mesir, Karomah Mbah Moen Disaksikan Langsung Santrinya

Semoga Fatayat NU Daerah Istimewa Yogyakarta, Muslimat, kemudian Ansor, IPNU, IPPNU, Banser, Garfa. Garfa yang luar biasa ini.

Saya sangat terharu melihat Garfa tadi, beberapa kali ini ambruk yang ngangkut yang ngurusi Garfa, kalau dulu Banser.

Semoga Garfa akhirnya betul-betul megar. Terima kasih, kurang lebihnya mohon maaf.

Akhirul Kalam, Wallahul Muwaffiq ila Aqwamith Thariq.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.***

Editor: Ahmad Amnan


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah