Ketua PWNU DIY: Pancasila Tidak Bertentangan dengan Agama dan untuk Memperkuat Pelaksanaan Agama

19 September 2022, 09:15 WIB
Ketua PWNU DIY: Pancasila Tidak Bertentangan dengan Agama dan untuk Memperkuat Pelaksanaan Agama /amru/

YOGYAKARTA - Pancasila tidak bertentangan dengan agama dan untuk memperkuat pelaksanaan agama.

Makanya, Pancasila dan agama jangan pernah dipertentangkan, karena Pancasila memang bukan agama. 

Demikian ditegaskan Ketua Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Daerah Istimewa (PWNU DIY), Dr. KH. Ahmad Zuhdi Mudlor dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPRI, Jumat, 16 September 2022.

Baca Juga: Ciri Utama Demokrasi Pancasila di Indonesia menurut Gus Hilmy

Acara tersebut dilaksanakan di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yogyakarta, Jl. Ki Ageng Giring, Bansari, Kepek, Kec. Wonosari, Kabupaten Gunung Kidul.

Menurut Kiai Zuhdi, Pancasila adalah common platform, yang tidak serta merta mengubah keyakinan masing-masing warga negara.

Kiai Zuhdi juga menegaskan bahwa Pancasila bukan agama dan tidak boleh diagamakan.

"Sebagai dasar negara, Pancasila tidak bertentangan dengan agama dan untuk memperkuat pelaksanaan agama," tegasnya.

Hal ini, menurut Kiai Zuhdi, karena Pancasila memiliki kerangka teoretis yang matang.

“Dari tinjauan diskursus teoretis, Pancasila adalah kristalisasi nilai-nilai yang  dimiliki dan akan dipertahankan oleh Bangsa Indonesia," tegasnya.

Baca Juga: Gus Hilmy Kritik Pemerintah terkait Data Bantuan Sosial, Agar Subsidi Tidak Salah Sasaran

Sosialisasi empat pilar bersama Gus Hilmy, Ketua PWNU DIY, Ketua LPT NU DIY, dan Ketua STAI Yogyakarta

Oleh karena itu, lanjutnya, sila-sila dalam Pancasila adalah fakta sekaligus merupakan norma.

"Di sisi lain, Pancasila merupakan hasil interaksi dari berbagai kelompok bangsa Indonesia yang berbeda latar belakang keyakinan, budaya, sosial, dan sebagainya untuk membentuk kerangka bersama (common platform) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (teori dekonfessionalisasi),” kata Kiai Zuhdi.

Pada saat bersamaan, Plt. Rektor STAI Yogyakarta Hudan Mudaris menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila harus terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, utamanya mahasiswa. Hal tersebut merupakan ijtihad yang luar biasa dari pendiri bangsa.

“Pancasila harapannya tidak menjadi mantra yang diucapkan setiap hari Senin atau tanggal 17 Agustus, tetapi juga menjadi ideologi kehidupan sehingga dapat menjadi lem perekat antar anak bangsa, yang pada intinya adalah gotong royong," katanya.

Baca Juga: Ma'had Aly TBS Kudus Luluskan 12 Ahli Falak Bergelar Sarjana Agama

Pancasila ini, bagi Hudan, merupakan ijtihad yang luar bisa.

"Untuk itu, kita harus bersyukur tinggal di Indonesia, sehingga tidak berlebihan jika kita memiliki jargon Hubbul Wathan Minal Iman,” katanya.

Sedangkan Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PW LPTNU) DIY, Dr. Drs. Senawi SNHB, M.P., menegaskan, sebagai mahasiswa perguruan tinggi NU (PTNU), setiap mahasiswa harus menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, baik di dalam kampus maupun di masyarakat bersama keluarga.

“Oleh sebab itu, setiap alumni PTNU, kita tuntut untuk berkomitmen pada NKRI, memilikis semangat Bhinneka Tunggal Ika, bersikap dengan landasan UUD NRI 1945, dan berjiwa Pancasila," katanya.

"Dengan keempatnya, kita yakin alumni PTNU akan menjadi SDM yang unggul dan dapat menciptakan pemimpin yang ideal demi Indonesia maju,” pungkasnya.

Baca Juga: Semangat Tri Rokimawati Kembangkan Bisnis Melalui Griya Batik Aisha

Kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPRI di Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Yogyakarta tersebut juga dihadiri Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI, Dr. H. Hilmy Muhammad, M.A. dan dimoderatori oleh Ihyak, S.H.I., M.H.I., dosen STAI Yogyakarta.***

Editor: Amrullah

Tags

Terkini

Terpopuler