Baca Juga: Gus Hilmy Kritik Pemerintah terkait Data Bantuan Sosial, Agar Subsidi Tidak Salah Sasaran
Oleh karena itu, lanjutnya, sila-sila dalam Pancasila adalah fakta sekaligus merupakan norma.
"Di sisi lain, Pancasila merupakan hasil interaksi dari berbagai kelompok bangsa Indonesia yang berbeda latar belakang keyakinan, budaya, sosial, dan sebagainya untuk membentuk kerangka bersama (common platform) dalam kehidupan berbangsa dan bernegara (teori dekonfessionalisasi),” kata Kiai Zuhdi.
Pada saat bersamaan, Plt. Rektor STAI Yogyakarta Hudan Mudaris menyatakan bahwa nilai-nilai Pancasila harus terinternalisasi dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, utamanya mahasiswa. Hal tersebut merupakan ijtihad yang luar biasa dari pendiri bangsa.
“Pancasila harapannya tidak menjadi mantra yang diucapkan setiap hari Senin atau tanggal 17 Agustus, tetapi juga menjadi ideologi kehidupan sehingga dapat menjadi lem perekat antar anak bangsa, yang pada intinya adalah gotong royong," katanya.
Baca Juga: Ma'had Aly TBS Kudus Luluskan 12 Ahli Falak Bergelar Sarjana Agama
Pancasila ini, bagi Hudan, merupakan ijtihad yang luar bisa.
"Untuk itu, kita harus bersyukur tinggal di Indonesia, sehingga tidak berlebihan jika kita memiliki jargon Hubbul Wathan Minal Iman,” katanya.
Sedangkan Ketua Lembaga Perguruan Tinggi Nahdlatul Ulama (PW LPTNU) DIY, Dr. Drs. Senawi SNHB, M.P., menegaskan, sebagai mahasiswa perguruan tinggi NU (PTNU), setiap mahasiswa harus menginternalisasi nilai-nilai Pancasila, baik di dalam kampus maupun di masyarakat bersama keluarga.